Stasiun tawang sore ini teramat sangat ramai,hiruk pikuk
orang disana sini layaknya pasar pagi. Kujejalkan tubuh mungilku diantara kerumunan
orang yang sarat dengan barang bawaannya. Kutengok jam tangan di pergelangan
tangan kurusku,masih pukul 15.00 WIB itu berarti 1 jam lagi keretaku datang.
Aku harus kembali ke Surabaya setelah 1 minggu lebih mudik
lebaran di kotaku tercita,Jepara. Kuedaran pandangaku mencari-cari tempat duduk
yang kosong,kulihat bangku kosong tak jauh dari tempatku berdiri,ranselku
bergoyang-goyang ketika kulangkahkan kakiku,kuhela nafasku sekali lagi. Berat
sekali perasaanku harus kembali ke Surabaya,jauh lebih berat dari ransel yang
kubawa.
Kuturunkan ranselku tepat di sebelah bangku yang
kududuki,untuk kesekian kalinya kulihat jam tanganku,15.05 WIB. Kurogoh handphone
disakuku,kulihat sebuat chat yang muncul diapikasi blackberry messenger,senyum tipis
terlukis di bibir tipisku.Kubuka segera pesan itu,Senyum tipis itu musnah
seketika dari wajahku.
“Gimana Ay?” ternyata pesan dari Namira sahabatku.Aku enggan
membalasnya,kubuka chat dibawahnya,huruf D masih tertera jelas disitu,wajahku
bertambah murung.
Kenapa chatku belum dibaca,dimana dia,kenapa dia gak mau menuhin
permintaanku sekali ini saja.
“Ay,paling tidak katakan kalo kamu sayang sama dia,utarakan
perasaanmu,urusan respon dia,itu sama sekali gak penting,yang penting kamu
lega,dia cukup tau apa yang kamu rasa,udah. Kamu gak mau kan pengalamanku sama
Zacky terulang lagi,dia pergi tanpa sempat aku bilang sayang sama dia,sakit
Nam..sedih bukan main,sampe sekarang kamu tahu sendiri aku gak pernah ketemu
Zacky”kata-kata Namira tergiang-ngiang di telingaku.
Dia gak datang Nam,dia gak datang.Bisikku pilu pada diriku
sendiri. Untuk keseratus kalinya kulongokkan kepalaku ke pintu masuk,kuharap
akan kudapati sesok laki-laki berperawakan sedang,berkulit bersih dengan senyum
hangat di wajahnya.Tapi semakin aku tengok ke pintu masuk,semakin aku
kecewa,sosok itu tak pernah tampak.
Bodoh, dia gak mungkin datang,dia gak akan penah datang,kamu
ini siapa sih?gak usah berharap terlalu jauh sama dia. Dia gak akan pernah
menyempatkan waktunya buat kamu.
Pikiran-pikiran itu berhamburan di pikiranku. Kutengok lagi
jam tanganku 15.45 WIB. Meski berat dan sedih,itulah kenyataan. Dia gak datang,dia
gak datang. Aku belum bisa bilang kalo aku sayang sama dia. Tanpa terasa cairan
bening menetes dari mata bulatku. Seketika kuhapus air
mataku,kutelan agar tak ada lagi air mata yang keluar,Oke Ayya..Its enough..dia
bukan untukmu.
.
Kugendong ranselku dan mulai berjalan ke arah kuda besi yang
telah terpakir. Belum genap 10 langkah kuberjalan,kudengar namaku
dipanggil.
“AYYAAA”.kumengenal suara itu dengan sangat baik,suara yag
merdu ketika melantunkan adzan,suara yang lembut ketika menasehati,dan suara yang
renyah ketika dia terawa lepas.Kak Davin,yaaa..kak Davin..dia datang,seketika
aku menengok,dan benar saja kudapati sesosok pemuda tampan berlari kecil ke
arahku.
“Sorry Ay,aku telat,tadi ada kerjaan dikit”dia berusaha
menjelaskan di tengah nafasnya yang teregah-engah,aku tersenyum
bahagia.Kudengar peluit ditiup.
“Keretanya mau berangkat ya Ay,”ucapnya lagi,aku mengangguk
pelan,kami berdiri berhadap-hadapan.
“Kak Davin,aku gak punya banyak waktu lagi,kereta mau
berangkat jadi Kakak dengerin aku ngomong.”Kataku dengan ekspresi innocent
seperti biasanya,Davin tertawa renyah tapi akhirnya mengangguk.Kutelan ludah
susah payah.
“Kak,yang kukatakan ini mungkin gila,tapi aku gak bisa simpan
lebih lama lagi,aku gak perduli apa respon Kakak,tapi aku mau kakak tahu kalooo…”nafasku
tercekat.Kupejamkan mata dan kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.
“Aku sayang sama Kakak,lebih dari sekedar teman,aku mau Kakak
tahu kalo selama ini aku sayang sama kakak selayaknya perempuan sayang ke
laki-laki bukan sebagai sahabat atau adik.Kak..aku mau kakak tau kalo selama
ini yang aku inginkan itu Kakak bukan Iqbal”pengakuan itu lancar mengalir dari
mulutku dengn sekali tarikan nafas. Kutatap mata coklatnya dalam-dalam,ada
keterkejutan di mata tu.
Davin diam,aku juga diam.Untuk beberapa detik lamanya kami
saling terdiam,peluit kmbali berbunyi,kami tersadar dari kediaman kami.
“Kak,aku berangkat dulu ya..aku Cuma mau bilang itu sama
Kakak..sekarang aku lega,aku gak perlu jawaban dari Kakak,aku Cuma pengen Kakak
tahu apa yang aku rasain. Assalamualaikum..”
Kutinggalakan Davin yang masih berdiri mematung dengan muka
kebingungan, Aku berjalan tanpa berani menoleh ke arahnya,sekali lagi air
mataku menetes,tapi kali ini bibirku tersenyum. Lega…ya..aku lega,serasa ada 1 ton beras yang baru saja turun dari pundakku.
“Ayya..”kudengar kembali namaku disebut,aku menoleh.Kudapati
Davin berdiri beberapa meter di hadapanku.Kuberanikan menatap wajahnya,dia
tersenyum…dan aku tidak bisa menafsirkan arti senyum itu.
Sorry pembaca aku gak bisa nglanjutin cerita ini,karena
dia,sang Ayya,belum ada kesempatan melakukan apa yang kutuliskan.
Ayya..kalo kamu baca..let me ask you a favor..Could you
complete this story for me?