Jumat, 25 Juli 2014

Siang yang Tak Terlupakan (Hati Seorang Rayya Chapter 9)



Chapter 9 : Siang yang Tak Terlupakan

 

Kau beri warna bagi hari-hariku yang kelabu
Kau sentuh dengan warna yang berbeda
Tertawa bersama saat dunia enggan berbagi denganku
Kurasakan itu cinta
Oh asmara..bisikkan dengan mesra senandung rindu buat hatiku
Katakan dengan indah sejuta makna terbendung di matamu
Aku terpaku menunggu bahasa kalbumu
Rasa ini tlah terpetik
Jatuh luruh di hadapanmu
Tetapi kau diam membisu
Kiranya aku tlah salah menilai
Air di raut wajahmu kukira pelepas dahagaku
Ternyata kepura-puraan belaka
Oh….. jiwa yang terluka
Betapa kehampaan menuntunmu ke tempat tersedih
Membiarkan diriku tanpa harga
Kau remukkan hatiku
Untuk meninggalkanmu bersama rasa yang terlanjur memilihmu
Tetapi aku terlalu menyayangimu, menyanjungmu,bahkan selalu merindukanmu
Membuatku semakin terjatuh
Mengutuki malam-malam sepi
Yang memaksaku mengakhiri segala sesuatu
Yang tak pernah kuawali

Kubaca berulang-ulang lagi kertas di tanganku.Aku tak lagi bisa berkonsentrasi mendengarkan guruku yang menjelaskan rumus-rumus fisika di depan kelas. Perasaanku galau,otakku terus bekerja berusaha menafsirkan apa yang dituliskan di kertas yang kini kugenggam erat.Dan bel istirahat pun berbunyi. Semua murid berhamburan ke luar kelas,termasuk Gading dan Rully.Aku masih terpaku di tempat dudukku,Rossi teman sebangkuku menyadari ada yang gak beres denganku.
“Ray..Rayya..kamu kenapa..”suara Rossi terdengar amat khawatir.Dia membuka kepalan tanganku,mengambil kertas yang kugenggam erat,aku tak menolak ketika Rossi dan Rere membaca tulisan itu.Seketika Rere membawaku ke pelukannya. Aku menangis di pelukan Rere.

“Aku jahat Re..ternyata selama ini Gading mencintaiku,dan aku gak pernah memperdulikannya,kupikir Rully yang dia cintai bukan aku.”kataku pelan.
“Ray..semua orang juga tahu,kalo Gading mencintaimu,bukan Rully.”Rere berkata seolah-olah selama ini Gading berlari kesana kemari membawa papan yang bertuliskan, I LOVE YOU RAYYA. Bagaimana bisa semua orang tahu dan hanya aku yang tidak.
“Ray..sekarang jawab aku,kamu cinta gak sama Gading”Rere melepaskan pelukanku,menatapku dalam-dalam,aku terdiam.
“Ray..kamu harus lebih peka dengan perasaanmu,jangan menunggu ditinggalkan dulu baru kamu menyadari kalo kamu mencintai seseorang,jangan menunggu sakit dulu baru kamu sadar kalo kamu membutuhkan seseorang.”kata Rossi begitu menusuk hatiku yang terdalam
“Tapi semua udah terlambat Ross…Re…Gading gak lagi mencintaiku,dia memutuskan untuk meninggalkanku.”isakku pilu.
“Terlambat?heiii Ray..Gading masih disini,dia belum pergi seperti Pandu,kejar dia sebelum dia terlalu jauh.”Rere menggenggam tanganku.
“Tapi Re..dia gak lagi mencintaiku”isakku semakin menjadi.
“Rayya ,kamu sayang dia kan?kamu suka kan sama dia”Rossi memelukku dari belakang.Perlahan tapi pasti aku mulai mengangguk.
“Aku sayang dia Re..aku sayang dia..aku sangat menyayanginya.”aku terisak-isak,Rere dan Rossi memelukku secara bersamaan.
“Kalau begitu,katakan padanya,sekarang,sebelum semua benar-benar terlambat,sebelum semuanya benar-benar jauh.”Rossi menambahkan.Kutatap wajah sahabatku satu-satu,senyum tulus terpancar dari wajah mereka,semangat menyala dalam diriku.Aku mengangguk pasti dan tersenyum.
***
Bel pulang sekolh berbunyi nyaring,semua murid mengemasi buku-buku dan peralatan sekolahnya.Satu per satu mereka berjalan meninggalkan kelas. Dengan segera aku beranjak dan berjalan ke meja Gading.

Gading masih sibuk mengemasi barang-barangnya.
“Gading,aku mau ngomong.”Tanpa dia persilahkan,aku duduk di sampingnya.Gading hanya diam dengan ekspresi dingin.Nyaliku sedikit ciut,tapi aku tak gentar,bisa jadi ini kesempatan terakhirku.
“Gading aku udah baca.”Rona samar tampak di pipi putih Gading.
“Jadi …selama ini… kamu….sukasamaaku”kukatakan kalimat terakhir itu dengan cepat,takut tenggorakanku tercekat.Wajah Gading semakin bertambah merah.
“Ma’af Gading aku gak tahu,aku pikir kamu sukanya sama Rully.”ucapku pelan,Gading menoleh kaget,menatapku dengan pandangan “Are You crazzy???”
“Aku sama Rully Cuma teman biasa,aku dekat sama dia juga karena ngledekin Prima.”jelasnya. Aku mengangguk.
“Tapi..sekarang kamu kan udah gak suka sama aku kan ya?”
“Bukannya itu maumu,”ucapnya jengah.
“Tapi..tapiakusukasamakamu”kukatakan itu cepat cepat.
“Hah??apa??aku gak dengar.”entah dia benar-benar gak dengar atau hanya ingin menggodaku.Aku menelan ludah,aku merasakn pipiku panas.Aku yakin,sekarang pasti semerah kepiting rebus.
“Yaudah kalo gitu anggep aku gak ngomong apa-apa.”aku branjak berdiri karena malu.Tiba-tiba gading menangkap pergelangan tanganku.
“Rayya,aku denger kok yang kamu bilang.”senyum merekah di bibir merahnya.Aku kembali duduk.
“So…kita mulai lagi dari awal?”kataku akhirnya.
“Gak ada salahnya dicoba.”Aku dan Gading tersenyum-senyum sendiri,seperti ini ya rasanya jadian?sensasi yang lucu menjalari punggungku,aku ingin tertawa keras-keras,ingin melonjak-lonjak,ingin berjoget berputar-putar. Rayya..sadar..gak usah berlebihan seperti itu.Ehmm..aku berdeham berusaha menenangkan diri,berusaha bersikap setenang mungkin,stay cool.

“Yaudah ya..aku duluan,Rere sama Rossi nungguin di luar.”Gading mengangguk dengan ekspresi yang sulit kudefinisikan.Antara ingin ketawa,antara ahhh..susah..didefinisikan.
Aku berjalan ke arah pintu,sekali lagi kutengok Gading,dia tersenyum penuh arti  kepadaku. Entah mengapa di pandanganku dia menjelma ribuan kali lebih keren,dan bunga-bunga bertebaran di antara kami,angin semilir menerbangkan rambut sebahuku yang hitam tebal. Dan samar-samar kudengar lantunan biola, RAYYA..STOOOPPP…pliisss deeehh..sadaaarr..ini India banget gak sih,kenapa gak sekalian kamu lari-larian sama Gading di taman pake selendang berkelebat,main petak umpet di balik pohon.Aku tersadar dari imajinasi gilaku,aku berjalan ke luar kelas,kudapati Rere dan Rossi,wajah mereka berdua tegang,dengan segera mereka menyongong kedatanganku.

“Ray..gimana?”ucap mereka bersamaan,aku diam sengaja menggoda mereka,melihat ekspresi tegang mereka sungguh membuatku geli. Sedetik kemudian kuciumi pipi mereka bertubi-tubi,aku melonjak-lonjak kegirangan.
“Rere..rossi,aku punya pacaaaar..akhirnya aku punya pacar.”aku terus melonjak-lonjak kegirangan. Rossi dan Rere melongo melihat kelakuan ajaibku.Tapi mereka ikut senang.
“Deeuuhh..Rayya biasa aja dong,pas aku jadian sama Diden juga gak seheboh ini.Kamu norak deh..”sungut Rere.
“Bodo amat,yang penting sekarang aku punya pacar.”kugandeng pundak mereka berdua,berjalan ke arah kantin.
Siang itu gak akan aku lupa seumur hidupku,untuk pertama kalinya,aku-punya-pacar,hahahahahhaa
***
Aku mengobrak-abrik tas Rully,berusaha menemukan buku matematiku yang dipinjamnya,itu anak males banget,suruh ambilin aja gak mau malah enak-enakan ngrumpi sama Dera,eee..ini aku disuruh ambil sendiri,Nahh..ini dia bukuku,kutarik bukuku dari dalam tasnya,bersamaan d engan itu buku yang lain ikut tertarik dan jatuh tepat di samping kakiku,kupungut buku bersampul pink yang terbuka itu,keningku berkerut ketika tanpa sengaja kulihat nama Gading tertulis di halaman buku yang tanpa sengaja terbuka itu. Tuhaann..ini diary,diary Rully,sembrono,ngapain tuh anak bawa buku diary ke sekolah. Tapi..kenapa ada nama Gading di diarynya?rencana nakal terbesit di otakku,hatiku tergerak untuk membacanya.

“Ma’afin aku ya Rully,aku lancang,tapi aku penasaran banget,kenapa ada nama Gading.”ucapku pada diriku sendiri.Aku mulai membaca.

Dear diary,
Tahukah kamu,sebelnya aku hari ini. Aku sebel sama si Fia,kenapa dia selalu menyuruhku untuk mengalah sama Rayya soal Gading, kenapa Fia melarangku untuk terlalu dekat sama Gading?
Seharusnya Fia gak bisa sepihak begitu,aku tahu Gading pacar Rayya tapi bukankah Rayya juga dekat dengan Kak Topan,pacarku,lalu mengapa aku gak boleh dekat sama Gading? aku juga sayang sama Gading,aku nyaman di dekatnya,aku bahagia kalo di dekat gading.
Tapi kenapa Fia menyuruhku untuk menjauhinya?
Ini sungguh gak adil,sorry Fia kali ini aku gak bisa menuruti nasehatmu,aku juga ingin seneng,aku ingin bahagia,dan bahagiaku kalo di dkat Gading.Titik.

Aku menutup mulutku tak percaya,berusaha tak mempercayai apa yang barusan kubaca.
Jadi..jadi selama ini.Rully mencintai Gading????

Kamis, 24 Juli 2014

Gading, Rully dan Kak Topan (Hati Seorang Rayya Chapter 8)



Chapter : Gading, Rully dan Kak Topan.

Gading gak mungkin mencintaiku,kata itu terus berputar di benakku. Bagaimana mungkin cowok seperti Gading bisa mencintaiku.Aku duduk di kursiku,Rossi heran melihat muka bingungku.
“Ray..kamu kenapa Ray.”tanyanya khawatir,aku menggeleng pelan.Aku menoleh ke meja Gading,anak itu gak ada di situ,aku menunduk,menghela nafas panjang.Tiba-tiba Gading masuk bersama Rully,mereka bercanda-canda.Gading kembali riang,gak murung lagi seperti 2 minggu belakangan ini,tapi riangnya itu bukan karenaku,tapi karena Rully.
Hari-hari berlalu Gading masih tetap diam padaku,pada saat kerja kelompok sekalipun dia lebih banyak diam,padahal biasanya dia yang paling ramai,aku sudah berusaha ajak dia bicara,basa-basi bercandain dia,tapi tetep aja nihil.
Kulirik Gading sekilas,tampak olehku dia yang sedang bergurau dengan Rully,terawa-tawa riang,akrab sekali kelihatannya.
“Seperti yang kuduga,Raka dan Dera salah,mereka ngawur,Gading gak pernah cinta sama aku,dia cintanya sama Rully,”batinku perih melihat keakraban mereka.
“Perih????kenapa musti perih melihat keakraban mereka?bukannya kamu senang kalo ternyata Gading gak ada perasaan lebih sama kamu?bukannya kamu senang kalo Gading Cuma anggap kamu sahabat”.sudut gulita hatiku mendebatku.
“Iya..tapi gak tahu kenapa,perasaan itu muncul gitu aja,aku gak nyaman lihat mereka sedekat itu,aku gak senang melihat ada cewek lain yang dekat dengan Gading.”sudut gulita hatiku yang lain menjawabnya
“Kenapa?kamu mulai mencintainya?kamu mulai menyadari kalo perasaanmu itu lebih dari sahabat?”sudut gulita hatiku memojokkanku tanpa ampun.
“Gak..aku gak mencintainya,dia gak mencintaiku,yang dia cintai Rully,bukan aku.”batinku terus mengelak.
“Tentu saja gading lebih memilih Rully dari pada kamu,Rully jauh lebih cantik dari kamu,dia semampai,lembut,gak kayak kamu,kamu egois,keras kepala,gak peka.”berondong sudut gulita hatiku. Aku menutup telingaku dan memejamkan mataku rapat-rapat.
“Ray..Rayya..kamu kenapa,mukamu pucat.”Rossi bertambah khawatir.
”Gak apa-apa Ros,aku Cuma sedikit gak enak badan,yok kita siap-siap,kan siang ini kita latihan PKS.”,Rossi mengangguk,mengambil baju ganti dan berjalan ke kamar mandi mengganti seragam sekolah kami dengan kaos latihan.
***
Kesepianku karena kepergian Pandu dan kini ditambah diamnya Gading kulampiaskan dengan mengikuti kegiatan ekskul di sekolahku. Adalah Kak Topan kakak seniorku di ekskul pramuka. Kak Topan tinggi,sangat tinggi,terang saja dia menjadi anggota Paskibraka dan masuk tim inti basket di sekolahku. Entah bagaimana mulanya aku bisa dekat dengannya,awalnya dia sering menggodaku,dia gemas sama posturku yang mungil,tadinya aku kesal,tapi lama-kelamaan kami menjadi dekat,dan dari situ kutahu Kak Topan sangat baik,dia jago ngocol,guyonannya selalu segar,di dekatnya aku gak pernah berhenti tertawa. Karena kelasnya berhadapan dengan kelasku,disetiap kesempatan dia selalu datang ke kelasku Cuma sekedar mengajakku ngobrol,Kak Topan sangat baik dan perhatian sama aku,dia memperlakukanku seperti adik kandungnya,aku memiliki banyak kakak laki-laki,tapi gak pernah ada yang seperti kak Topan,kak Topan benar-benar sosok kakak ideal yang selama ini kuimpikan. Karena dia juga gak punya adik,dan selama ini memimpikan punya adik,dia menemukan sosok adik di diriku,begtulah kedekatan kami,seperti seorang kakak beradik.Aku sangaaatt menyayangi kak Topan.

Siang itu kami duduk di depan kelasku,ngobrol kesana kemari,kak Topan suka sekali mengacak-acak rambutku yang kuikat ekor kuda,sambil cemberut aku merapikan ikatan rambutku.Tiba-tiba Rully melintas di depan kami,dia melempar senyum ke arahku,aku membalasnya dengan senyum innocentku.
“Siapa Ray?”Tanya kak Topan,kulihat sedikit binar di matanya.
“Rully temenku,kenapa?cantik kan???”godaku dengan senyum lebar.Kak Topan tersenyum penuh arti.
“Udah punya pacar belom”tanyanya lagi sambil nyengir,aku tersenyum meledek.
“Rully..sini..”panggilku riang,Rully menoleh lalu menghampiriku.
“Kenalin,Rully ini kak Topan,kak Topan ini Rully.”ujarku memperkenalkan mereka.Mereka berjabat tangan,wajah kak Topan berbunga-bunga,sedang Rully,datar.Aku gelendotan di lengan kokoh kak Topan.Di pintu masuk,Gading berdiri bersilang dada,pandangan dinginnya ke arah kami,wajah Gading terlihat sangat tidak senang.Gading pasti cemburu lihat kak Topan kenalan sama Rully,aku mengangkat bahu.Eh..tapii…kenapa di mataku Gading berlipat-lipat lebih cakep ya kalo cemburu kayak gitu?
***
Setiap Kak topan datang ke kelasku,muka Gading berubah masam,kelihatan banget kalo dia gak suka sama kak Topan.Deuuuhhh Gading,gak usah cemburu seperti itu,Rully belum menentukan pilihan kaliii,emangnya kamu doank yang boleh deket sama Rully. Tak bisa kupungkiri muncul perih di hatiku setiap kulihat ekspresi ketidaksenangan Gading terhadap kak Topan,ternyata Gading benar-benar menyukai Rully.Cemburu???tidak..tidak..tidak..sadar Ray..sadaaarrr..Gading sukanya sama Rully,bukan kamu,nyadar dong,kamu siapa Gading siapa.

 Kak Topan makin rajin bertandang ke kelasku,dan sekarang dia gak Cuma ngobrol berdua aja sama aku,tapi  Rere dan Rully sesekali terlibat dalam obrolan kami.Tadinya Rully masih malu-malu sama kak Topan,tapi bukan kak Topan namanya kalo gak pintar ngambil hati orang,lama kelamaan mereka gak canggung,makin hari makin dekatlah mereka berdua.

Seminggu lagi pelantikan BANTARA diadakan di sekolahku,hanya anak-anak terpilih yang diperkenankan mengikutinya,aku,Rere,Tanjung,Tyo,Kristin ,Yudha dan Raka ikut terpilih dalam pelantikan itu. Entah apa alasan kakak senior itu,aku dan Rere gak punya postur yang mendukung,tapi..ya sudahlahh..mereka pasti punya pertimbangan.Seharusnya Gading ikut terpilih dalam pelantikan tersebut,terang saja,dia memiliki postur yang bagus,tinggi dan tegap.Tapi sedikitpun anak itu gak tertarik sama segala tetek bengek ekskul dan organisasi macam itu,Rere berkali-kali membujuknya,tapi anak itu tak bergeming.Dan siang ini aku  bertekad membujuknya,memaksanya mengikuti pelantikan itu.
“Ga,kamu ikut pelantikan ya..”bujukku,aku duduk di sampingnya,Gading tak menoleh.
“Gak,aku gak suka acara konyol kayak gitu.”jawabnya degan dingin.Aku terdiam.
“Kamu gak mau ikut,gara-gara Rully gak ikut ya.”ucapku pelan,berusaha terdengar senormal mungkin.Gading menoleh,menatapku.
“Sama sekali gak ada hubungannya sama Rully.”Gading menjawab masih dengan ekspresi dingin.
“Kalo kamu pengen Rully ikut,aku bisa atur,aku bisa ngomong sama Kak Topan,biar Rully bisa ikut.”ucapku lagi.Muka Gading mendadak masam mendengar nama Topan disebut.
“Aku gak ikut karena aku gak suka,gak ada hubungannya sama Rully,lagian kamu ngapain ikut,tinggi juga gak,kuat juga gak,nyapek-nyapekin badan aja.”ucapnya sewot.
“Karena…..”Aku terdiam,urung meneruskan kata-kataku.
“Karena aku pengen meneruskan perjuangan Pandu .”kulanjutkan jawabanku,tentu saja dalam hati.
“Pandu sangat bersemangat Nak,dia sudah mempersiapkan buat pelantikan itu,semua baju dan peralatan pramukanya sudah di kemas rapi di tas ini”ibu cantik di depanku mempelihatkan sebuah tas kepadaku,tas itu terlihat berat.Kubuka resleting tas tersebut,tampak di dalamnya peralatan pramuka lengkap,peralatan untuk kemah pelantikan PERJUSAMI.Hatiku diliputi rasa haru.
“Dia sangat menginginkan bisa berangkat ke kemah itu,bahkan dia melarang Ibu buat nyuci seragam pramukanya,dia takut gak kering.Sampai sekarang ibu gak berani nyuci.”tambah ibu Pandu dengan muka penuh haru,kupeluk seragam pramuka Pandu,aroma yang gak asing menyergap penciumanku,aroma cologne Pandu yang khas.
“Pandu aku berjanji kepadamu,aku lanjutkan perjuanganmu,gak perduli  seberapa lemah diriku,gak perduli aku gak memiliki postur yang bagus,aku pasti bisa menjadi dewan Ambalan,aku pasti bisa berprestasi dengan segala keterbatasanku.”
Aku diam mengingat janji yang kuucapkan pada diriku sendiri,aku berjanji melanjutkan perjuangan Pandu.Dan sebenarnya,aku ingin kamu juga memperjuangkannya Gading,kita berjuang bersama-sama mewujudkan keinginan Pandu yang tertunda.Aku terus terdiam,bangkit dan meninggalkan Gading yang masih tak bergeming.
***
Tiga bulan berlalu,Kak Topan tak lagi sering main ke kelasku,sebelumnya hampir setiap saat tiap ada kesempatan dia akan bertandang. Melalui bantuanku,dia berhasil mendapatkan Rully,kabar terakhir yang kudengar,mereka udah jadian,aku sungguh berbahagia atas mereka,Rully sahabatku,aku sangat menyayanginya,dan kak Topan kakakku,aku lebih menyanyanginya,dua orang yang aku sayangi akhirnya bisa bersatu,perfect couple,Gading,Prima…ma’af ya..gara-gara aku kalian berdua jadi patah hati,Rully telah menentukan pilihannya,dan itu kakakku,kak Topan,hehehe.

Tapi semenjak Kak Topan jadian sama Rully,dia jadi aneh,dia cuek sama aku,ntah kenapa,seperti kemarin,dengan riang aku berlari ke arahnya,dari radius 5 meter saja sudah kelihatan senyumku yang sumringah menyambut kedatangannya. Tapi aku salah,dia menemui Rully,bukan menemuiku,bahkan sedikitpun dia tidak menyapaku,boro-boro mencubit pipi chubby ku seperti yang sering dia lakukan,aku benar-benar heran.

“Ray..kak Topan kok aneh ya..kok dia jadi cuek sama kamu semenjak jadian sama Rully.”Rere menyadari perubahan sikap kak Topan.
“Iya Ray,gak biasanya loh kak Topan kayak gitu.”Rossi menambahi,aku hanya bisa diam.
Dan itu bukan untuk pertama dan terakhir kalinya,hari-hari selanjutnya Kak Topan masih seperti itu,dia nyaris gak punya waktu buatku,bahkan hanya untuk sekedar say hello.Lambat laun aku pun menyadari satu hal,kak Topan gak pernah tulus menyayangiku,jadi selama ini dia hanya memanfaatkanku?dia hanya mendekatiku supaya dia bisa dekat dengan Rully sahabatku?Kak Topan memanfaatkanku.Sakit bukan main hatiku menyadari kenyataan itu.Aku tulus menyanyangi kak Topan,untuk pertama kalinya aku menemukan sosok kakak sebaik dia,harapanku padanya terlanjur melambung tinggi,tapi ternyata,dia hanya memperlakukanku tak lebih dari sekedar alat untuk mendapatkan kesenangannya.Kak topan,kenapa kakak lakukan ini padaku.

Rully tetap bersikap baik padaku,aku berusaha terlihat baik-baik aja di depannya,aku gak mau Rully tahu perasaanku,aku gak mau Rully tahu perlakuan kak Topan terhadapku,aku gak mau dia tahu lalu marah dan akhirnya mencampakkan kak Topan,gak..itu gak boleh terjadi. Memang kak Topan sangat menyakitiku,tapi aku masih menyanyanginya,aku cuma ingin kak Topan bahagia,itu aja.

Lamunanku pecah oleh sesuatu benda keras yang mengenai kepalaku,aku mengelus kepalaku,mencari-cari sesuatu yang menimpuk kepalaku,sebuah kertas yang diremat menyerupai bola tergelatak tepat di samping kakiku.Kucari timing yang pas untuk memungutnya,kutunggu guru fisikaku yang killer lengah. Setelah aku berhasil memungutnya,aku celingukan mencari-cari,siapa yang melempar bulatan kertas itu.
Tatapanku jatuh ke Gading yang sedang memandangku dengan pandangan dingin. Aku mengerti ini pasti dari dia.Perlahan kubuka bulatan kertas itu,bukan sebuah memo,barisan tulisan yang panjang tertulis disitu,mungkin ini sebuah puisi.Kubaca perlahan.Nafasku tercekat,rahangku jatuh ketika kubaca tulisan itu.Kuulangi membacanya sekali lagi,memastikan bahwa aku tak salah tafsir akan tulisan itu,tapi semakin kuulang semakin jelas.Mataku berkaca-kaca membaca tulisan di tanganku.Aku merasa perban di hatiku terlepas,darah segar mengucur dari luka yang belum benar-benar kering itu.
Aku menoleh ke meja Gading,memandangnya dengan pandangan terluka.

*pasti pembaca ketawa,kenapa puisi???jaman segitu puisi itu udah yang paling toooppppp,hahahhaha,geli kalo inget kelakuan jaman ababil.

Rabu, 23 Juli 2014

Di Balik Diamnya Gading (Hati Seorang Rayya Chapter 7)

 




Chapter 7 : Di Balik Diamnya Gading

Aku berjalan kembali ke kelasku dengan terus berpikir dan bertanya,bagaimana bisa Gading yang menuliskan memo-memo itu? Selama ini kita gak pernah dekat,kita hanya sekedar teman satu kelas,dan kebetulan dia sahabat Pandu,kita gak pernah dekat secara personal. Tapi..kenapa justru malah dia jadi orang yang paling baik dan paling perhatian sama kondisiku?Kenapa dia jadi orang yang paling perduli terhadapku?Bahkan Diden yang sebelumnya sangat dekat denganku , Rully,dan Rere,gak ada sedikitpun nunjukin simpatinya.Tapi kenapa malah Gading?

Aku terus berpikir hingga aku sampai di kelasku,tampak olehku Prima yang kembali menampilkan aksi spektakularnya,tawa riang kembali bermunculan di kelasku,aku sangat merindukan atmosfer seperti ini,atmosfer yang berminggu-minggu tak kurasakan.
“Rully,lagu ini special buat kamu,”ucap Prima disambut sorak sorai teman sekelas.Rully tersenyum malu,mukanya yang putih pucat pun memerah. Aku tertawa melihat cara Prima mengucapkannya,sungguh lucu ekspresi mukanya.Di pojok sana Rere dan Diden bersenda gurau,sudah tiga minggu ini mereka jadian. Aku berjalan menghampiri Rully dan Rossi yang tertawa-tawa melihat Prima menyanyikan “Bintang di Surga”.Tiba-tiba Gading memanggilku,menyuruhku duduk di sampingnya,aku menurut.

Kulirik Gading ragu,dalam hati aku ingin sekali bertanya padanya tentang memo-memo itu,tentang perubahan sikapnya yang berubah sangat baik padaku,tapi kuurungkan,aku takut dia akan canggung jika aku menanyakannya. Gading baik,dia perhatian sama temannya,mungkin itu yang membuat Pandu memilihnya menjadi sahabat karib.Dan sekarang,Gading sahabatku juga,aku gak nyangka bakalan memiliki sahabat cowok sebaik dan seganteng ini. Kupandangi Gading sekilas,dia sibuk mencoret-coret kertas di depannya. Cowok ini sangat keren,apalagi kalo dilihat dari samping seperti ini,garis mukanya bagus,tegas,rahangnya sempurna,batang hidungnya kokoh,dan kulitnya..ahh..kulitnya terlalu putih  untuk ukuran cowok,seandainya Gading sedikit lebih gelap,aku yakin dia bakalan jauh lebih keren,aku tertawa pada diriku sendiri,sikapku terang saja mengundang perhatian Gading.
“Ngapain kamu ketawa -ketawa,”tanyanya heran,aku menggeleng –geleng cepat dan menunduk menahan tawa,kulirik dia sekilas,tatapanku jatuh di bibirnya yang merah,bagaimana mungkin cowok bisa punya bibir semerah itu,suatu saat nanti aku bakalan tanya sama dia,lip balm apa yang dia pake,atau barangkali sebelum berangkat sekolah dia make lipstick emaknya ya,ahh..tapi masak cowok pake lipstick atau lip balm???hahahahhahaa…aku tergelak karena pikiran nakalku,dan itu semakin membuat Gading penasaran.
“Heh Rayya,ngapain sih kamu ketawa terus.”tanyanya penasaran.Aku menggeleng lagi dengan telapak tangan di bibirku menahan tawa.
“Gak mungkin,aku liat kamu nglirik aku terus kamu ketawa sendiri,oooo…aku tahu,kamu pasti mikir jorok kan tentang aku.”kejar Gading dengan senyumnya yang innocent.Aku kaget dan menggeleng-geleng cepat.
“Ngaku gak kamu,kamu pasti mikir jorok..ayo ngaku,kalo gak ngakuuu….”Gading  menggosok-gosok telapak tangannya,jari-jarinya meluncur begitu saja hendak menggelitikiku,aku  berusaha menghindar dan terus tergelak,kami tertawa riang bersama-sama,lupa terhadap sekeliling.Sampai akhirnya Rully datang menggoda kami
“Cieeeeee….ehhmm..ehhhmmm…akrab bangeeett…”Goda Rully,aku masih berusaha meredakan tawaku,sedang Gading tertawa kikuk.

Begitulah,hari demi hari aku semakin dekat dengan Gading,tiada hari tanpa bercanda dan mengobrol dengannya,kebetulan juga kita sering satu kelompok di setiap tugas sekolah,dia teman yang menyenangkan,aku sangat nyaman di dekatnya,aku berharap bisa seterusnya seperti ini. Gading adalah teman yang selama ini kubutuhkan. Gading baik,perhatian,lucu,semua yang kuingin ada di dirinya. Dan perlahan aku mulai melupakan kesedihanku sepeninggalan Pandu.Aku sangat menyayangi Gading,tapi sayangku padanya gak lebih dari sahabat,begitupun dengannya,aku yakin dia menyayangiku sebagai sahabatnya.Sama sekali tak terpikirkan olehku untuk mengharap rasa yang lebih dari Gading,dia sahabatku dan selamanya harus seperti itu. Aku tahu,banyak yang mengharapkan Gading,dan dengan menjadi sahabatnya itu sudah lebih dari cukup buatku,maka dari itu kujaga hatiku dari awal,aku gak pengen jatuh olehnya.
***
Aku duduk di kursiku,mengerjakan tugas yang ditinggalkan guruku,jam kosong lagi,kelasku seketika berubah jadi arena bermain.Tengah serius-seriusnya aku mengerjakan tugasku,tiba-tiba Raka,pemilik mata terindah yang pernah kutemui itu berteriak lantang di depan kelas.
“RAYYAAAA…GADING SUKA SAMA KAAMUUU…”teriaknya sambil tertawa-tawa,seketika Gading menutup mulut Raka,muka Gading merah padam.Aku tertawa terbahak-bahak.
“Apa????Gading suka sama aku??gak mungkin..gak mungkin..”ujarku sambil tertawa-tawa,aku kembali melanjutkan mengerjakan tugasku,tanpa melihat ekspresi Gading.Kuanggap itu angin lalu,bisa-bisanya Raka aja,baru deket dikit pasti digosipin ada apa-apa. Lagian gak mungkin itu terjadi,mana mungkin Gading suka sama aku,emangnya Gading itu udah rabun bisa suka sama cewek serba nanggung macam aku. Raka….Raka..ada-ada aja kamu itu.
***
Aku tertawa-tawa riang menghampiri Gading yang duduk di kursinya,seketika aku duduk di sampingnya.
“Gading,ayo kita nyusul ke mejanya Prima,rame banget disana.”sapaku dengan wajah innocent.Gading tak bergeming,dia melirikku sekilas dengan tatapan dingin. Tak ada senyum di wajahnya yang tampan.Aku belum menyadari perubahan sifatnya,aku menarik tangannya begitu saja,tapi Gading tetap tak bergeming,dia hanya menatapku datar,tanpa berkata-kata.
“Gading kenapa ya?dia sakit?gak enak badan?perasaan tadi pagi masih baik-baik aja”batinku tak mengerti.Rully menghampiriku,dan melingkarkan lengannya di pundakku.
“Yok..Ray,kita ke kantin,habis itu maen ke kelas Dera ya..”Aku hanya menurut,sebelum keluar kelas,kulirik Gading sekilas,dia masih diam dengan muka yang kaku.Aku tak mengerti dengan perubahan sikapnya.Mungkin Gading lagi ada masalah atau sedang gak enak badan,ahh..besok paling dia udah balik seperti biasanya.

Tapi ternyata aku salah,Gading terus mendiamkanku,dan itu berhari-hari.Tanpa tahu apa kesalahanku,dia terus menghindariku,aku sungguh bingung dibuatnya,aku bener-bener gak merasa melakukan salah,kalopun aku salah,aku lebih suka dia ngomong,atau marah sekalian,bukannya malah diam kayak gini.Aku gak tahan,aku bener-bener gak tahan,aku gak mau Gading mendiamkanku,aku gak mau kehilangan Gading,aku sudah sangat bergantung padanya,dan kuputuskan aku harus ngomong sama dia,harus.Aku duduk di sampingnya,dia tak melirik apalagi menoleh sedikitpun,padahal aku yakin dia menyadari keberadaanku.Aku geleng-geleng kepala dengan kelakuannya yang kuanggap childist.
“Gading kamu kenapa?akhir-akhir ini kamu aneh,kamu diemin aku.”Gading tak bergeming.
“Aku salah?oke ma’afin aku kalo aku bikin salah,tapi seengaknya kamu ngomong,gak diem kayak gini.”Gading masih tak bergeming.Kesabaranku mulai menipis,kejadian  dengan Pandu diparkiran kembali  terputar di memoriku,dua sahabat ini,sama-sama keras kepala dan hobby diem kalo ada masalah,bukannya dibicarain yang baik gitu istilah bahasa jawanya mereka itu MBEGUDRUL,aku menghela nafas.
“Gadingg..apa salahku???”Gading tetap tak bereaksi,dia sibuk memainkan bolpoint di tangannya.Aku mulai gak sabar,kusibak bahu bidangnya hingga wajahnya menatapku,kini kami berhadap-hadapan.
“Gading,dari tadi aku ngomong sama kamu,jangan kamu anggurin kayak gini.”ucapku dengan nada suara yang bergetar menahan jengkel di hatiku.Gading menatapku jengah.
“Aku gak pa-pa,aku gak marah,buat apa aku marah sama kamu.”ucapnya jengah,menghindari tatapan mataku.
“Kalo kamu gak kenapa-kenapa,bisa dong gak diemin aku kayak gini.”tegasku. Gading tetap tak peduli,anak ini lebih keras kepala daripada aku ternyata.Kejengkelan memenuhi rongga dadaku.
“Gadingg..bisa kan?”desakku tak sabar karena melihatnya terus bungkam.Dia menghela nafas.
“Iya..iya…udah ah aku pengen sendiri.”Gading beranjak meninggalkanku sendiri dengan tatapan kebingungan,aku masih belum mengerti akan sifatnya.
***
Obrolanku dengan Gading siang itu tak sedikitpun membantu,Gading masih saja menjaga jarak denganku,dia tetap menghindariku,mendiamkanku tanpa kutahu alasannya,tiba-tiba hatiku pilu,aku kangen Gading yang dulu.

Siang itu aku makan siang di kantin dengan Rully dan Dera,menikmati semangkok soto yang hangat dan segar.
“Gading mana Ray..”Tanya Dera membuka obrolan,Rully menginjak kaki Dera tanpa kusadari,Dera mengedipkan sebelah matanya  ke arah Rully,masih tanpa kusadari.
“Gak tahu..udah dua minggu aku didiemin sama dia,tanpa tahu salahku apa.”sungutku.Dera menahan tawa,Rully tersenyum simpul.
“Masak kamu gak tahu sih Ray,kamu itu naïf banget ya jadi orang.”ujar Dera sambil menyeruput es jeruknya.
“Ya..siapa juga yang ngerti bahasa orang gagu,dia diem aja,gak ngomong apapun kok,maen diemin orang seenaknya.”aku menekuk mukaku mengingat perilaku Gading.
“Kalian berdua sama aja,kayak anak kecil,yang satu gak peka,satunya keras kepala.”Dera menambahi.Rully ngakak.Dan aku bingung bukan main.
“Maksud kamu apa sih Der?kamu mau ngomong apa?to the point deh.”Dera melirik Rully,Rully mengangkat bahu,aku heran dengan perilaku mereka berdua yang dari tadi mencurigakan.
“Rayya,kamu tahu gak sih,Gading-suka-sama-kamu.”Dera mengatakannya patah-patah,sejelas mungkin,cukup jelas untuk mendengarnya dan mencerna kata-katanya.Tapi..otakku tetap tak bisa menerima kata yang diucapkan Dera.
“Apa?bagaimana mungkin?kamu bercanda kan?kayak yang dilakukan Raka?”ujarku shock.
“Rayya,kamu bukan anak kecil,harusnya kamu bisa ngebedain perhatian cowok,mana perhatian temen,dan mana yang lebih dari temen. Gading beneran suka sama kamu,aku dan Raka gak pernah bercanda,kita bertiga ini kenal dari kecil looo..jadi aku tahu benar gimana Gading.”aku berusaha mencerna kalimat Dera yang panjang.Kutatap Rully meminta kepastian,Rully mengangguk,hatiku bergejolak,berbagai perasaan berkecamuk di dalamnya,aku gak tahu harus sedih atau senang mendengar kenyataan itu.
“Tapi itu gak mungkin Dera,Gading gak mungkin suka sama aku,di luar sana banyak yang mengharap dia,yang jauh lebih baik daripada aku,tapi kenapa dia memilihku,aku ini Cuma sahabatnya Dera”pungkirku.
“Kalo soal itu,Cuma Gading yang tahu,cinta gak perlu alasan.Dan kata-katamu kemarin sangat melukai hatinya Ray,dia ngerasa kamu udah menolaknya.Itu yang bikin dia diemin kamu sampe sekarang,kamu gak peka,kamu gak bisa memahami perasaan Gading.”Dera mengakhiri penjelasannya,dan beranjak meninggalkan kantin,diikuti Rully.

Tinggalah aku termenung seorang diri,mencerna semua yang dikatakan Dera.Gading mencintaiku?gak..ini gak mungkin,ini gak boleh,aku gak mau Gading mencintaiku,Aku gak mau kehilangan sahabat sebaik Gading.

Ini gak boleh terjadi,ini pasti salah,Dera dan Raka pasti mengada-ada,Gading gak mungkin mencintaiku.