Chapter 9 : Siang yang Tak Terlupakan
Kau beri warna bagi
hari-hariku yang kelabu
Kau sentuh dengan
warna yang berbeda
Tertawa bersama saat
dunia enggan berbagi denganku
Kurasakan itu cinta
Oh asmara..bisikkan
dengan mesra senandung rindu buat hatiku
Katakan dengan indah
sejuta makna terbendung di matamu
Aku terpaku menunggu
bahasa kalbumu
Rasa ini tlah terpetik
Jatuh luruh di
hadapanmu
Tetapi kau diam
membisu
Kiranya aku tlah salah
menilai
Air di raut wajahmu
kukira pelepas dahagaku
Ternyata kepura-puraan
belaka
Oh….. jiwa yang
terluka
Betapa kehampaan
menuntunmu ke tempat tersedih
Membiarkan diriku
tanpa harga
Kau remukkan hatiku
Untuk meninggalkanmu
bersama rasa yang terlanjur memilihmu
Tetapi aku terlalu
menyayangimu, menyanjungmu,bahkan selalu merindukanmu
Membuatku semakin
terjatuh
Mengutuki malam-malam
sepi
Yang memaksaku
mengakhiri segala sesuatu
Yang tak pernah
kuawali
Kubaca berulang-ulang lagi kertas di tanganku.Aku tak lagi
bisa berkonsentrasi mendengarkan guruku yang menjelaskan rumus-rumus fisika di
depan kelas. Perasaanku galau,otakku terus bekerja berusaha menafsirkan apa
yang dituliskan di kertas yang kini kugenggam erat.Dan bel istirahat pun
berbunyi. Semua murid berhamburan ke luar kelas,termasuk Gading dan Rully.Aku
masih terpaku di tempat dudukku,Rossi teman sebangkuku menyadari ada yang gak
beres denganku.
“Ray..Rayya..kamu kenapa..”suara Rossi terdengar amat
khawatir.Dia membuka kepalan tanganku,mengambil kertas yang kugenggam erat,aku
tak menolak ketika Rossi dan Rere membaca tulisan itu.Seketika Rere membawaku
ke pelukannya. Aku menangis di pelukan Rere.
“Aku jahat Re..ternyata selama ini Gading mencintaiku,dan
aku gak pernah memperdulikannya,kupikir Rully yang dia cintai bukan aku.”kataku
pelan.
“Ray..semua orang juga tahu,kalo Gading mencintaimu,bukan
Rully.”Rere berkata seolah-olah selama ini Gading berlari kesana kemari membawa
papan yang bertuliskan, I LOVE YOU RAYYA. Bagaimana bisa semua orang tahu dan
hanya aku yang tidak.
“Ray..sekarang jawab aku,kamu cinta gak sama Gading”Rere
melepaskan pelukanku,menatapku dalam-dalam,aku terdiam.
“Ray..kamu harus lebih peka dengan perasaanmu,jangan
menunggu ditinggalkan dulu baru kamu menyadari kalo kamu mencintai
seseorang,jangan menunggu sakit dulu baru kamu sadar kalo kamu membutuhkan seseorang.”kata
Rossi begitu menusuk hatiku yang terdalam
“Tapi semua udah terlambat Ross…Re…Gading gak lagi
mencintaiku,dia memutuskan untuk meninggalkanku.”isakku pilu.
“Terlambat?heiii Ray..Gading masih disini,dia belum pergi
seperti Pandu,kejar dia sebelum dia terlalu jauh.”Rere menggenggam tanganku.
“Tapi Re..dia gak lagi mencintaiku”isakku semakin menjadi.
“Rayya ,kamu sayang dia kan?kamu suka kan sama dia”Rossi
memelukku dari belakang.Perlahan tapi pasti aku mulai mengangguk.
“Aku sayang dia Re..aku sayang dia..aku sangat menyayanginya.”aku
terisak-isak,Rere dan Rossi memelukku secara bersamaan.
“Kalau begitu,katakan
padanya,sekarang,sebelum semua benar-benar terlambat,sebelum semuanya
benar-benar jauh.”Rossi menambahkan.Kutatap wajah sahabatku satu-satu,senyum
tulus terpancar dari wajah mereka,semangat menyala dalam diriku.Aku mengangguk
pasti dan tersenyum.
***
Bel pulang sekolh berbunyi nyaring,semua murid mengemasi
buku-buku dan peralatan sekolahnya.Satu per satu mereka berjalan meninggalkan
kelas. Dengan segera aku beranjak dan berjalan ke meja Gading.
Gading masih sibuk mengemasi barang-barangnya.
“Gading,aku mau ngomong.”Tanpa dia persilahkan,aku duduk di
sampingnya.Gading hanya diam dengan ekspresi dingin.Nyaliku sedikit ciut,tapi
aku tak gentar,bisa jadi ini kesempatan terakhirku.
“Gading aku udah baca.”Rona samar tampak di pipi putih
Gading.
“Jadi …selama ini… kamu….sukasamaaku”kukatakan kalimat
terakhir itu dengan cepat,takut tenggorakanku tercekat.Wajah Gading semakin
bertambah merah.
“Ma’af Gading aku gak tahu,aku pikir kamu sukanya sama Rully.”ucapku
pelan,Gading menoleh kaget,menatapku dengan pandangan “Are You crazzy???”
“Aku sama Rully Cuma teman biasa,aku dekat sama dia juga
karena ngledekin Prima.”jelasnya. Aku mengangguk.
“Tapi..sekarang kamu kan udah gak suka sama aku kan ya?”
“Bukannya itu maumu,”ucapnya jengah.
“Tapi..tapiakusukasamakamu”kukatakan itu cepat cepat.
“Hah??apa??aku gak dengar.”entah dia benar-benar gak dengar
atau hanya ingin menggodaku.Aku menelan ludah,aku merasakn pipiku panas.Aku
yakin,sekarang pasti semerah kepiting rebus.
“Yaudah kalo gitu anggep aku gak ngomong apa-apa.”aku
branjak berdiri karena malu.Tiba-tiba gading menangkap pergelangan tanganku.
“Rayya,aku denger kok yang kamu bilang.”senyum merekah di
bibir merahnya.Aku kembali duduk.
“So…kita mulai lagi dari awal?”kataku akhirnya.
“Gak ada salahnya dicoba.”Aku dan Gading tersenyum-senyum
sendiri,seperti ini ya rasanya jadian?sensasi yang lucu menjalari
punggungku,aku ingin tertawa keras-keras,ingin melonjak-lonjak,ingin berjoget
berputar-putar. Rayya..sadar..gak usah berlebihan seperti itu.Ehmm..aku
berdeham berusaha menenangkan diri,berusaha bersikap setenang mungkin,stay
cool.
“Yaudah ya..aku duluan,Rere sama Rossi nungguin di
luar.”Gading mengangguk dengan ekspresi yang sulit kudefinisikan.Antara ingin
ketawa,antara ahhh..susah..didefinisikan.
Aku berjalan ke arah pintu,sekali lagi kutengok Gading,dia
tersenyum penuh arti kepadaku. Entah
mengapa di pandanganku dia menjelma ribuan kali lebih keren,dan bunga-bunga
bertebaran di antara kami,angin semilir menerbangkan rambut sebahuku yang hitam
tebal. Dan samar-samar kudengar lantunan biola, RAYYA..STOOOPPP…pliisss
deeehh..sadaaarr..ini India banget gak sih,kenapa gak sekalian kamu lari-larian
sama Gading di taman pake selendang berkelebat,main petak umpet di balik
pohon.Aku tersadar dari imajinasi gilaku,aku berjalan ke luar kelas,kudapati
Rere dan Rossi,wajah mereka berdua tegang,dengan segera mereka menyongong
kedatanganku.
“Ray..gimana?”ucap mereka bersamaan,aku diam sengaja
menggoda mereka,melihat ekspresi tegang mereka sungguh membuatku geli. Sedetik
kemudian kuciumi pipi mereka bertubi-tubi,aku melonjak-lonjak kegirangan.
“Rere..rossi,aku punya pacaaaar..akhirnya aku punya
pacar.”aku terus melonjak-lonjak kegirangan. Rossi dan Rere melongo melihat
kelakuan ajaibku.Tapi mereka ikut senang.
“Deeuuhh..Rayya biasa aja dong,pas aku jadian sama Diden
juga gak seheboh ini.Kamu norak deh..”sungut Rere.
“Bodo amat,yang penting sekarang aku punya pacar.”kugandeng
pundak mereka berdua,berjalan ke arah kantin.
Siang itu gak akan aku lupa
seumur hidupku,untuk pertama kalinya,aku-punya-pacar,hahahahahhaa
***
Aku mengobrak-abrik tas Rully,berusaha menemukan buku
matematiku yang dipinjamnya,itu anak males banget,suruh ambilin aja gak mau malah
enak-enakan ngrumpi sama Dera,eee..ini aku disuruh ambil sendiri,Nahh..ini dia
bukuku,kutarik bukuku dari dalam tasnya,bersamaan d engan itu buku yang lain
ikut tertarik dan jatuh tepat di samping kakiku,kupungut buku bersampul pink
yang terbuka itu,keningku berkerut ketika tanpa sengaja kulihat nama Gading
tertulis di halaman buku yang tanpa sengaja terbuka itu. Tuhaann..ini
diary,diary Rully,sembrono,ngapain tuh anak bawa buku diary ke sekolah.
Tapi..kenapa ada nama Gading di diarynya?rencana nakal terbesit di
otakku,hatiku tergerak untuk membacanya.
“Ma’afin aku ya Rully,aku lancang,tapi aku penasaran
banget,kenapa ada nama Gading.”ucapku pada diriku sendiri.Aku mulai membaca.
Dear diary,
Tahukah kamu,sebelnya
aku hari ini. Aku sebel sama si Fia,kenapa dia selalu menyuruhku untuk mengalah
sama Rayya soal Gading, kenapa Fia melarangku untuk terlalu dekat sama Gading?
Seharusnya Fia gak
bisa sepihak begitu,aku tahu Gading pacar Rayya tapi bukankah Rayya juga dekat
dengan Kak Topan,pacarku,lalu mengapa aku gak boleh dekat sama Gading? aku juga
sayang sama Gading,aku nyaman di dekatnya,aku bahagia kalo di dekat gading.
Tapi kenapa Fia
menyuruhku untuk menjauhinya?
Ini sungguh gak
adil,sorry Fia kali ini aku gak bisa menuruti nasehatmu,aku juga ingin
seneng,aku ingin bahagia,dan bahagiaku kalo di dkat Gading.Titik.
Aku menutup mulutku tak percaya,berusaha tak mempercayai apa
yang barusan kubaca.
Jadi..jadi selama ini.Rully mencintai Gading????