Chapter 11 : Saat Semuanya Terlambat.
Sepasang tangan kekar itu masih
merengkuhku dalam pelukannya,Dia memelukku erat dari belakang,dia lingkarkan
tangannya di sekitar pundakku,tepat di bawah daguku,aku hanya diam terpaku,tak
berani bergerak seincipun. Kuhirup wangi colognenya,menikmati kerinduan yang
selama ini kurasakan. Wangi itu masih sama seperti enam bulan yang lalu,saat
dia masih bersamaku, Gading..yahh..Gading pemilik wangi itu.
Kami masih terdiam tanpa suara,Gading
masih melingkarkan lengannya di pundakku,mendekapku hangat ,aku membiarkannya.
Timbul rasa aman dan nyaman yang entah datang dari mana. Aku merindukan saat
seperti ini,demi Tuhan aku ingin berbalik dan membalas pelukannya,aku ingin
membenamkan wajah mungilku di dadanya yang bidang,tapi semua itu urung
kulakukan.
“Rayya..aku masih sayang kamu.”bagai
geledek aku mendengar kata-kata itu,Tuhan… jika memang ini mimpi,kumohon jangan
cepat-cepat bangunkan aku,ijinkan aku tetap tertidur sebentar lagi.
“Aku masih menyayangimu Rayya,aku
berusaha melupakanmu tapi aku gak bisa,aku berusaha mencari yang sepertimu tapi
gak pernah kutemukan,aku masih sangat menyukaimu Rayya.”Kurasakan Gading
semakin mempererat pelukannya.Kepegangi lengan Gading yang menyilang,tepat di
bawah daguku.Aku diam membisu. Demi Tuhan aku ingin berteriak,Gading,aku juga
masih sangat menyayangimu,enam bulan ini aku berusaha melupakanmu tapi aku gak
bisa,demi Tuhan aku ingin mengatakan semua itu. Tapi,aku ingat bagaimana Gading
meninggalkanku begitu saja,menggantungku tanpa suatu kepastian,dia gak memberi
kesempatan padaku untuk menjelaskan semuanya,gak…aku gak mau itu terjadi lagi,aku
gak mau perasaanku semakin tumbuh dan kelak lagi-lagi Gading meninggalkanku
begitu saja. Aku gak mau kami berdua saling menyakiti satu sama lain.
Perpisahan terjadi gak selalu karena dua orang berhenti saling menyayangi,tapi karena
dua orang itu tak ingin lagi saling menyakiti. Aku takut tersakiti.
“Gading,lupakan aku,aku gak
pantas buatmu,kita gak akan bisa sama-sama lagi.”aku mengatakannya dengan
terbata-bata,berusaha menahan isak yang seentar lagi meluncur keluar. Gading
melepaskan dekapannya perlahan.Tanpa melihatnya aku tahu,dia pasti sangat
terluka. Tuhan,sungguh aku ingin berbalik dan mendekapnya untuk pertama dan
mungkin yang terakhir kalinya. Dan bahkan aku ingin sekali mengecup lembut bibirnya juga untuk yang pertama dan terakhir kalinya.
“Rayya,beri aku kesempatan sekali
lagi.”suara Gading parau.
Aku berjalan meninggalkan Gading
tanpa sedikitpun menjawab atau berbalik,aku gak mau Gading melihat air mataku.
Ma’afkan aku gading,kita gak bisa sama-sama.Aku gak mau mengulangi kesalahanku
untuk kesekian kali,aku gak mau kita selalu saling menyakiti. Kerbau pun gak
mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya bukan?
***
Enam tahun kemudian selepas
kejadian malam itu,aku duduk santai di ruang keluarga rumah Rully,kami asik
menonton video rekaman pesta pernikahan Rully,sebulan yang lalu.Yaa..kami
berdua sudah menikah,aku menikah hamper setahun yang lalu,dan kini tengah hamil
anak pertamaku,usia 6 bulan kehamilan.
Aku dan Rully tertawa-tawa
melihat satu per satu teman lama kami yang datang di acara pernikahannya.
Tiba-tiba aku tercekat,tampak di video itu sosok yang sangat kukenal,wajahnya
masih sama,senyumnya masih sama,hanya saja dia tampak jauh lebih dewasa.
“Gading datang di nikahanmu ya
Rul?”komentarku tanpa mengalihkan pandangan dari layar kaca di depanku.
“Iya..emangnya dia gak jadi
datang ke nikahanmu?”aku menggeleng pelan.Rully menghela nafas.
“Hhhhhhh…padahal aku smsan sama
dia loh waktu itu,maksa dia buat datang,dia ngeyel gak mau datang,beneran gak
jadi datang ternyata?”Rully menenggak jus jeruknya.
“Gak ada,padahal aku berharap
banget dia datang.”ucapku sendu.
“Sakitlah pastinya..lihat orang
yang pernah disayang duduk di pelaminan sama orang lain.”Aku tergelak.
“Kenapa mesti sakit?aku sama dia
Cuma cerita jaman ababil,lagian dia gak pernah bener-bener suka sama aku,aku cuma
mainan aja buat dia.”
“Gundulmu…dia sayang banget sama
kamu lagi Ray,kamunya aja yang kebangetan,gak pernah hargai dia.”
“Ya kalo dia sayang,kenapa dia
ninggalin aku gitu aja,diem tanpa alasan yang jelas”
“Haahhhh,itu semua gara-gara
kamuuu…inget gak waktu kita janjian ke pantai,terus kamu batalin sepihak?”Aku
mencoba mengingat-ingat kemudian mengangguk.
“Kamu bilang ada acara
penting,mendadak,gak tahunya kamu jalan sama Kak Panji kan?”Aku terkejut,kok si
Rully bisa tahu ya.Seolah mengerti keterkejutanku,dia melanjutkan.
“Kamu tahu gak,waktu itu Gading
masih sakit,masih demam,tapi dia bela-belain datang ke rumahmu,eeehh..di jalan
malah lihat kamu lagi ketawa-ketiwi,boncengan mesra sama kak Panji,bayangin
dongg…gimana perasaannya”rahangku jatuh seketika,mendengar cerita Rully,keringat
sebesar biji jagung bermunculan di dahiku.
“Karena itu dia diemin kamu Ray,dan
aku coba mau jelasin ke kamu,tapi kamu malah marah-marah duluan.”aku menutup
mulutku yang ternganga,benar-benar gak nyangka dengan apa yang kudengar.
“Rully,kamu gak bohong?”aku masih
tak percaya
“Ngapain aku bohong,dulu itu si
Gading sayang bangeettt sama kamu,kamu tahu gak,dia bela-belain putusin
pacar-pacarnya Cuma biar bisa deket sama kamu,tapi
kamunya,hadeeehhh..sedikitpun gak respect.Nyakitin dia terus-terusan kamu Ray.”
“Kupikir dia sukanya sama kamu Rul.”kataku
pelan.Rully tergelak.
“Aku sama dia Cuma sahabat,kita
deket,karena apa,karena tiap hari dia curhat soal kamuuu terus,aku sampe bosen
ngedengirinnya.”
“Tapi bukannya kamu suka sama Gading
ya,aku sempet baca di diarymu kalo kamu sayang dia,sorry aku lancang.”Rully
tersedak jus orangenya,lalu kembali tertawa
“Rayya..Rayya,kamu salah
paham,oke aku sayang dia,tapi sayang sebagai sahabat,gak lebih,kayak kamu sayang
sama Raka,Tanjung,Yudha,udah itu ja.”Tiba-tiba merasa kepalaku pusing seketika,aku
merasa menjadi orang paling bodoh di dunia.
“Kalo dia beneran sayang sama
aku,kenapa dia gak coba ngomong sama aku,berusaha menemukan aku lagi gitu.”
“Gimana dia mau ngomong,gimana
dia bisa deketin kamu lagi,kamunya aja gak pernah jomblo”aku meringis mengingat
kelakuan jaman ababilku. Beberapa kali berganti pacar,yaaahh.. Rully,kata
orang,buat bisa move on kita harus coba mencari cinta yang baru,bener-bener
bodoh aku dulu.
“Lagian ya..dia harus berjuang
sendiri gitu?tanpa respek dari kamu,itu dikerjain namanya.”
Aku terdiam,tergugu,menyesali
setengah mati kebodohanku,aku yang juga merasakan hal yang sama,mati-matian
berusaha melupakannya,dan berharap suatu hari dia datang,dan ternyata selama
ini Gading juga merasakan hal yang sama?Dan ketika dia datang meminta sekali
lagi kesempatan,aku menolaknya,mencampakkannya,sedikitpun tidak mempercayai
dirinya. Hebat Rayya hebaaatt..kamu benar-benar cewek paling bodooohhh..di
dunia,kamu tahu berapa lusin cewek yang mengantri untuk bisa hanya sekedar
dekat dengan Gading?dan kamu????arrrgggghhhh…
Tapi semua terlambat,sangat sangat
terlambat,kenapa aku baru tahu semua ini sekarang,kenapa sekarang saat aku udah
jadi istri orang dan di saat aku udah mengandung buah cinta kami.Aku mengelus
perutku yang gendut.
“Ray,kamu kenapa diem?”
“Gak rul,kaget aja,nyesel kenapa
aku bodoh banget,nyesel kenapa baru tahu sekarang.”aku menunduk dalam-dalam.
“Yahhh..semua
udah terjadi,sekarang udah beda jalannya,inget,calon bayimu,inget suamimu,gak
ada guna kan terus-terusan disesali.Gading Cuma bagian dari masa lalu kamu.”Rully benar,sepenuhnya dia benar. Keadaan sudah sangat jauh berbeda. Aku dan Gading gak pernah diciptakan untuk satu sama lain.
***
Aku menutup ceritaku dengan
pandangan sendu. Kuelus rambut keriting putriku yang kini sudah berusia 3 tahun.Ketiga
sahabatku menatapku dengan pandangan tak percaya.
“Omaigaaattttt..cerita ababil
paling stupid yang pernah gue denger”Ishma berkomentar
“Cinta datang
terlambat,huuuaaaa…kenapa gue gak tahu apa yang terjadi sebenarnya,perasaan Gading
yang sebenrnya dari dulu-duluuuuuu,gue cinta mampus sama dia tahu gak,gue pikir
di Cuma main-main sama gue,gak pernah bener-bener ada perasaan sama gue”
“Jadi inget kata bang tere
liye,perasaan dan lampu lalu lintas itu sangat beda. Lampu lalu lintas jelas,kalo
ijo jalan dan merah berhenti. Tapi kalo perasaan gak kayak gitu,kita nyangkanya
ijoo..ehhh ternyata merah. Parahnya kadang kita gak tahu,pikir kita merah,dan
bertahun-tahun setelahnya dan mungkin
kita udah berumah tangga,kita baru tahu kalo ternyata lampu si dia menyala
ijoooo..banget,kayak kasus lu ini.”Alya menambahkan.
“Trus lu nyesel gitu?”Zahra
menatapku dengan tatapan mengintimidasi.
“Dikit pasti ada lah..tapi
yaudahlah,udah ada jalan sendiri-sendiri,Cuma gue ngerasa bego aja.Dan gue
pengen berhenti ngimpiin dia,hati seorang Rayya gak bisa tenang sebelum itu si
Gading nyebar undangan.”ucapku dengan muka tertekuk.
“Lebbaaaayyyyyy..”.Ketiga
sahabatku menimpukku dengan bantal,serempak.
***
Siang itu aku duduk di kursi
UGD,merujuk rekan kerjaku yang mengalami kecelakaan kerja,selama menunggu si
pasien di tangani,mataku jelalatan kesana-kemari melihat hiruk pikuk dokter dan
perawat yang sibuk bekerja.Tiba-tiba pintu UGD terbuka,perawat sibuk menderek
pasien yang baru saja datang,ternyata korban kecelakaan lalu lintas.Perawat
sibuk menyiapkan alat disana-sini,aku sibuk memperhatikan perawat-perawat yang
trampil dan lincah tersebut.Rasa ingin tahuku tiba-tiba muncul,kudekati pasien
korban kecelakaan tersebut,aku berusaha melihat wajah si pasien.
Wajahku pias ketika aku berhasil
melihat wajah si pasien, aku mengenal wajah itu dengan sangat baik,aku sangat
mengenalnya. Memang bertahun-tahun aku tidak pernah melihat wajah itu,tapi aku
masih bisa mengenali tiap inci wajahnya. Rahang yang sempurna itu masih
sama,batang hidung yang kokoh itu masih sama,bibir merah itupun masih
sama,meskipun matanya terpejam,aku bisa memastikan kalau mata elangnya yang
berwarna coklat pun masih sama.
Wajah itu gak jauh berbeda dengan
terakhir kutemui,hanya saja,dia terlihat lebih matang dan lebih dewasa.Darah
segar mengalir deras dari dahinya,di tubuhnya penuh dengan luka,pasti dia
sangat kesakitan.Tubuhnya yang gagah dan tegap terbungkus kemeja rapi,sangat
berbeda dengannya yang berkaos dan jeans santai.
Kawan lama,akhirnya kita
bertemu,tapi kenapa kita bertemu di situasi dan keadaan seperti ini. Ayo buka
matamu,ini aku kawan lamamu,lihat aku sekarang sudah dewasa,aku sudah berubah.Kawan
lama,ayo buka matamu,kamu akan baik-baik saja kan?Ketakutan tiba-tiba
mengepungku.
Pertemuan yang kuharapkan,bukan pertemuan yang seperti ini.
*selangkah lagi aku akan menyelesaikan cerita ini,happy ending atau gak ya???itu yang masih aku pikirkan.
0 komentar:
Posting Komentar