Jumat, 08 Agustus 2014

Saat Semuanya terlambat (Hati Seorang Rayya chapter 11)



 

Chapter 11 : Saat Semuanya Terlambat.


Sepasang tangan kekar itu masih merengkuhku dalam pelukannya,Dia memelukku erat dari belakang,dia lingkarkan tangannya di sekitar pundakku,tepat di bawah daguku,aku hanya diam terpaku,tak berani bergerak seincipun. Kuhirup wangi colognenya,menikmati kerinduan yang selama ini kurasakan. Wangi itu masih sama seperti enam bulan yang lalu,saat dia masih bersamaku, Gading..yahh..Gading pemilik wangi itu.


Kami masih terdiam tanpa suara,Gading masih melingkarkan lengannya di pundakku,mendekapku hangat ,aku membiarkannya. Timbul rasa aman dan nyaman yang entah datang dari mana. Aku merindukan saat seperti ini,demi Tuhan aku ingin berbalik dan membalas pelukannya,aku ingin membenamkan wajah mungilku di dadanya yang bidang,tapi semua itu urung kulakukan.


“Rayya..aku masih sayang kamu.”bagai geledek aku mendengar kata-kata itu,Tuhan… jika memang ini mimpi,kumohon jangan cepat-cepat bangunkan aku,ijinkan aku tetap tertidur sebentar lagi.

“Aku masih menyayangimu Rayya,aku berusaha melupakanmu tapi aku gak bisa,aku berusaha mencari yang sepertimu tapi gak pernah kutemukan,aku masih sangat menyukaimu Rayya.”Kurasakan Gading semakin mempererat pelukannya.Kepegangi lengan Gading yang menyilang,tepat di bawah daguku.Aku diam membisu. Demi Tuhan aku ingin berteriak,Gading,aku juga masih sangat menyayangimu,enam bulan ini aku berusaha melupakanmu tapi aku gak bisa,demi Tuhan aku ingin mengatakan semua itu. Tapi,aku ingat bagaimana Gading meninggalkanku begitu saja,menggantungku tanpa suatu kepastian,dia gak memberi kesempatan padaku untuk menjelaskan semuanya,gak…aku gak mau itu terjadi lagi,aku gak mau perasaanku semakin tumbuh dan kelak lagi-lagi Gading meninggalkanku begitu saja. Aku gak mau kami berdua saling menyakiti satu sama lain. Perpisahan terjadi gak selalu karena dua orang berhenti saling menyayangi,tapi karena dua orang itu tak ingin lagi saling menyakiti. Aku takut tersakiti.


“Gading,lupakan aku,aku gak pantas buatmu,kita gak akan bisa sama-sama lagi.”aku mengatakannya dengan terbata-bata,berusaha menahan isak yang seentar lagi meluncur keluar. Gading melepaskan dekapannya perlahan.Tanpa melihatnya aku tahu,dia pasti sangat terluka. Tuhan,sungguh aku ingin berbalik dan mendekapnya untuk pertama dan mungkin yang terakhir kalinya. Dan bahkan aku ingin sekali mengecup lembut bibirnya juga untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

“Rayya,beri aku kesempatan sekali lagi.”suara Gading parau.


Aku berjalan meninggalkan Gading tanpa sedikitpun menjawab atau berbalik,aku gak mau Gading melihat air mataku. Ma’afkan aku gading,kita gak bisa sama-sama.Aku gak mau mengulangi kesalahanku untuk kesekian kali,aku gak mau kita selalu saling menyakiti. Kerbau pun gak mau masuk ke lubang yang sama untuk kedua kalinya bukan?

***

Enam tahun kemudian selepas kejadian malam itu,aku duduk santai di ruang keluarga rumah Rully,kami asik menonton video rekaman pesta pernikahan Rully,sebulan yang lalu.Yaa..kami berdua sudah menikah,aku menikah hamper setahun yang lalu,dan kini tengah hamil anak pertamaku,usia 6 bulan kehamilan.


Aku dan Rully tertawa-tawa melihat satu per satu teman lama kami yang datang di acara pernikahannya. Tiba-tiba aku tercekat,tampak di video itu sosok yang sangat kukenal,wajahnya masih sama,senyumnya masih sama,hanya saja dia tampak jauh lebih dewasa.


“Gading datang di nikahanmu ya Rul?”komentarku tanpa mengalihkan pandangan dari layar kaca di depanku.

“Iya..emangnya dia gak jadi datang ke nikahanmu?”aku menggeleng pelan.Rully menghela nafas.

“Hhhhhhh…padahal aku smsan sama dia loh waktu itu,maksa dia buat datang,dia ngeyel gak mau datang,beneran gak jadi datang ternyata?”Rully menenggak jus jeruknya.

“Gak ada,padahal aku berharap banget dia datang.”ucapku sendu.

“Sakitlah pastinya..lihat orang yang pernah disayang duduk di pelaminan sama orang lain.”Aku tergelak.

“Kenapa mesti sakit?aku sama dia Cuma cerita jaman ababil,lagian dia gak pernah bener-bener suka sama aku,aku cuma mainan aja buat dia.”

“Gundulmu…dia sayang banget sama kamu lagi Ray,kamunya aja yang kebangetan,gak pernah hargai dia.”

“Ya kalo dia sayang,kenapa dia ninggalin aku gitu aja,diem tanpa alasan yang jelas”

“Haahhhh,itu semua gara-gara kamuuu…inget gak waktu kita janjian ke pantai,terus kamu batalin sepihak?”Aku mencoba mengingat-ingat kemudian mengangguk.

“Kamu bilang ada acara penting,mendadak,gak tahunya kamu jalan sama Kak Panji kan?”Aku terkejut,kok si Rully bisa tahu ya.Seolah mengerti keterkejutanku,dia melanjutkan.

“Kamu tahu gak,waktu itu Gading masih sakit,masih demam,tapi dia bela-belain datang ke rumahmu,eeehh..di jalan malah lihat kamu lagi ketawa-ketiwi,boncengan mesra sama kak Panji,bayangin dongg…gimana perasaannya”rahangku jatuh seketika,mendengar cerita Rully,keringat sebesar biji jagung bermunculan di dahiku.

“Karena itu dia diemin kamu Ray,dan aku coba mau jelasin ke kamu,tapi kamu malah marah-marah duluan.”aku menutup mulutku yang ternganga,benar-benar gak nyangka dengan apa yang kudengar.

“Rully,kamu gak bohong?”aku masih tak percaya

“Ngapain aku bohong,dulu itu si Gading sayang bangeettt sama kamu,kamu tahu gak,dia bela-belain putusin pacar-pacarnya Cuma biar bisa deket sama kamu,tapi kamunya,hadeeehhh..sedikitpun gak respect.Nyakitin dia terus-terusan kamu Ray.”

“Kupikir dia sukanya sama kamu Rul.”kataku pelan.Rully tergelak.

“Aku sama dia Cuma sahabat,kita deket,karena apa,karena tiap hari dia curhat soal kamuuu terus,aku sampe bosen ngedengirinnya.”

“Tapi bukannya kamu suka sama Gading ya,aku sempet baca di diarymu kalo kamu sayang dia,sorry aku lancang.”Rully tersedak jus orangenya,lalu kembali tertawa

“Rayya..Rayya,kamu salah paham,oke aku sayang dia,tapi sayang sebagai sahabat,gak lebih,kayak kamu sayang sama Raka,Tanjung,Yudha,udah itu ja.”Tiba-tiba merasa kepalaku pusing seketika,aku merasa menjadi orang paling bodoh di dunia.

“Kalo dia beneran sayang sama aku,kenapa dia gak coba ngomong sama aku,berusaha menemukan aku lagi gitu.”

“Gimana dia mau ngomong,gimana dia bisa deketin kamu lagi,kamunya aja gak pernah jomblo”aku meringis mengingat kelakuan jaman ababilku. Beberapa kali berganti pacar,yaaahh.. Rully,kata orang,buat bisa move on kita harus coba mencari cinta yang baru,bener-bener bodoh aku dulu.

“Lagian ya..dia harus berjuang sendiri gitu?tanpa respek dari kamu,itu dikerjain namanya.”


Aku terdiam,tergugu,menyesali setengah mati kebodohanku,aku yang juga merasakan hal yang sama,mati-matian berusaha melupakannya,dan berharap suatu hari dia datang,dan ternyata selama ini Gading juga merasakan hal yang sama?Dan ketika dia datang meminta sekali lagi kesempatan,aku menolaknya,mencampakkannya,sedikitpun tidak mempercayai dirinya. Hebat Rayya hebaaatt..kamu benar-benar cewek paling bodooohhh..di dunia,kamu tahu berapa lusin cewek yang mengantri untuk bisa hanya sekedar dekat dengan Gading?dan kamu????arrrgggghhhh…


Tapi semua terlambat,sangat sangat terlambat,kenapa aku baru tahu semua ini sekarang,kenapa sekarang saat aku udah jadi istri orang dan di saat aku udah mengandung buah cinta kami.Aku mengelus perutku yang gendut.

“Ray,kamu kenapa diem?”

“Gak rul,kaget aja,nyesel kenapa aku bodoh banget,nyesel kenapa baru tahu sekarang.”aku menunduk dalam-dalam.

“Yahhh..semua udah terjadi,sekarang udah beda jalannya,inget,calon bayimu,inget suamimu,gak ada guna kan terus-terusan disesali.Gading Cuma bagian dari masa lalu kamu.”Rully benar,sepenuhnya dia benar. Keadaan sudah sangat jauh berbeda. Aku dan Gading gak pernah diciptakan untuk satu sama lain.
***

Aku menutup ceritaku dengan pandangan sendu. Kuelus rambut keriting putriku yang kini sudah berusia 3 tahun.Ketiga sahabatku menatapku dengan pandangan tak percaya.

“Omaigaaattttt..cerita ababil paling stupid yang pernah gue denger”Ishma berkomentar

“Cinta datang terlambat,huuuaaaa…kenapa gue gak tahu apa yang terjadi sebenarnya,perasaan Gading yang sebenrnya dari dulu-duluuuuuu,gue cinta mampus sama dia tahu gak,gue pikir di Cuma main-main sama gue,gak pernah bener-bener ada perasaan sama gue”

“Jadi inget kata bang tere liye,perasaan dan lampu lalu lintas itu sangat beda. Lampu lalu lintas jelas,kalo ijo jalan dan merah berhenti. Tapi kalo perasaan gak kayak gitu,kita nyangkanya ijoo..ehhh ternyata merah. Parahnya kadang kita gak tahu,pikir kita merah,dan bertahun-tahun setelahnya dan  mungkin kita udah berumah tangga,kita baru tahu kalo ternyata lampu si dia menyala ijoooo..banget,kayak kasus lu ini.”Alya menambahkan.

“Trus lu nyesel gitu?”Zahra menatapku dengan tatapan mengintimidasi.

“Dikit pasti ada lah..tapi yaudahlah,udah ada jalan sendiri-sendiri,Cuma gue ngerasa bego aja.Dan gue pengen berhenti ngimpiin dia,hati seorang Rayya gak bisa tenang sebelum itu si Gading nyebar undangan.”ucapku dengan muka tertekuk.

“Lebbaaaayyyyyy..”.Ketiga sahabatku menimpukku dengan bantal,serempak.
***

Siang itu aku duduk di kursi UGD,merujuk rekan kerjaku yang mengalami kecelakaan kerja,selama menunggu si pasien di tangani,mataku jelalatan kesana-kemari melihat hiruk pikuk dokter dan perawat yang sibuk bekerja.Tiba-tiba pintu UGD terbuka,perawat sibuk menderek pasien yang baru saja datang,ternyata korban kecelakaan lalu lintas.Perawat sibuk menyiapkan alat disana-sini,aku sibuk memperhatikan perawat-perawat yang trampil dan lincah tersebut.Rasa ingin tahuku tiba-tiba muncul,kudekati pasien korban kecelakaan tersebut,aku berusaha melihat wajah si pasien. 


Wajahku pias ketika aku berhasil melihat wajah si pasien, aku mengenal wajah itu dengan sangat baik,aku sangat mengenalnya. Memang bertahun-tahun aku tidak pernah melihat wajah itu,tapi aku masih bisa mengenali tiap inci wajahnya. Rahang yang sempurna itu masih sama,batang hidung yang kokoh itu masih sama,bibir merah itupun masih sama,meskipun matanya terpejam,aku bisa memastikan kalau mata elangnya yang berwarna coklat pun masih sama.


Wajah itu gak jauh berbeda dengan terakhir kutemui,hanya saja,dia terlihat lebih matang dan lebih dewasa.Darah segar mengalir deras dari dahinya,di tubuhnya penuh dengan luka,pasti dia sangat kesakitan.Tubuhnya yang gagah dan tegap terbungkus kemeja rapi,sangat berbeda dengannya yang berkaos dan jeans santai. 


Kawan lama,akhirnya kita bertemu,tapi kenapa kita bertemu di situasi dan keadaan seperti ini. Ayo buka matamu,ini aku kawan lamamu,lihat aku sekarang sudah dewasa,aku sudah berubah.Kawan lama,ayo buka matamu,kamu akan baik-baik saja kan?Ketakutan tiba-tiba mengepungku.

Pertemuan yang kuharapkan,bukan pertemuan yang seperti ini.

*selangkah lagi aku akan menyelesaikan cerita ini,happy ending atau gak ya???itu yang masih aku pikirkan.


0 komentar:

Posting Komentar