Jumat, 08 Agustus 2014

Kutemukanmu Kembali (Hati Seorang Rayya Final Chapter)






 Final Chapter : Kutemukanmu Kembali

Aku berjalan di lorong rumah sakit dengan membawa sekeranjang buah-buahan,di sampingku suamiku tercinta berjalan mengiringiku. Kulirik sekilas laki-laki yang telah memberiku seorang putri itu. Suamiku memang tidak memiliki postur yang tinggi tegap seperti Gading,dia juga tidak memiliki wajah yang rupawan seperti Gading,tapi dia laki-laki paling sabar yang pernah kutemui. Pribadinya sederhana,tenang tetapi sangat bisa diandalkan. Mungkin itulah alasan mengapa Allah mempertemukannya denganku,aku yang berkepribadian serba ribet dan rumit. Aku sangat mencintainya karena dia satu-satunya laki-laki yang tahan meladeniku,aku yang selalu merumitkan dan mempersulit segala sesuatu, aku mencintainya karena dia mencintai keluargaku sebesar dia mencintaiku,dan di atas itu semua,aku mencintainya karena dia ayah dari anakku.


Mungkin yang kuinginkan adalah sosok yang bersemangat,yang bergairah dalam mengejar hidup,yang sepertiku,yang bisa menandingi bahkan melebihi gairahku dalam menjalani kehidupan,aku ingin sosok yang optimis,ambisius,berapi-api,tapi bukankah Allah memberi apa yang kita butuhkan dan bukan yang kita inginkan? Dan begitulah suamiku,sikapnya yang tenang dan trimo ing pandum-lah yang bisa mengendalikan pribadiku yang ambisius dan berapi-api.Dia sangat dewasa,mengimbangi aku yang childist dan manja.


Kami berhenti tepat beberapa meter dari ruangan Gading,suamiku memandangiku,

“Masuklah Ma,satu jam lagi aku jemput disini.”senyum tulus terpancar dari wajah lembut suamiku.

“Tapi Mas..”elakku,aku ragu jika harus masuk ke ruangan Gading seorang diri.

“Masuklah,menjalin silaturahmi dengan siapapun itu bukan suatu hal yang buruk,aku sangat mempercayaimu”.kutatap matanya,ketulusan jelas terpancar di mata teduhnya,Ya Tuhan..Kau tidak mengirimkan seorang suami untukku,melainkan seorang malaikat.Aku mengangguk,suamiku tersenyum lalu mengecup lembut keningku seperti yang biasa ia lakukan ketika kami berpisah.Hangat kecupannya msih sama seperti ketika pertama ia melakukannya.Suamiku beranjak keluar,aku memandangi punggungnya yang bergerak menjauh,punggung yang selama ini bekerja keras untukku dan anakku.


Aku masih berdiri mematung di luar ruangan . Kurapikan ikal-ikal cantik yang jatuh tergerai di pundakku.Aku sudah merubah sedikit penampilanku agar terlihat lebih dewasa,t erlepas dari tubuhku yang tetap mungil seperti anak SMP.Rambutku tak lagi lurus dan berponi. Kulitku tak lagi gelap karena setiap hari terpanggang panas matahari dalam latihan baris-berbaris.Wajah standartku berpulaskan make up tipis.Aku tak lagi Rayya gadis 16 tahun yang cerewet,usiaku sekarang sudah 25 tahun dan aku sudah menjadi seorang istri dan ibu.Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku,aku menoleh,Raka. Sahabatku yang kukenal 10 tahun lebih lamanya,Laki-laki sejuta pesona itu tersenyum kepadaku,bukan senyum jahil yag biasa dia lakukan,tetapi senyum tulus.

“Masuk Rayya.”ucapnya singkat, aku terkejut,Raka,biasanya dia akan memarahiku jika aku menyebut nama Gading,tapi kenapa ini dia menyuruhku masuk,tapa sumiku pula.

“Aku tadi ketemu suamimu di lobby,aku tahu dia mengijinkan kamu menemui Gading,ayo masuk,gak ada salahnya bersilaturahmi sama mantan,hahahahaha.”jawabannya mengakhiri keraguan di hatiku,tanpa sempat aku berkata,dia menarik tanganku,menggandengnya memasuki ruangan itu.


Aku berdiri canggung di balik punggung Raka yang lebar.

“Hai bro…gimana udah ngerasa baikan?”sapa Raka.

“Lumayan,bentar lagi boleh pulang.”kudengar suara itu menjawab,suara yang bertahun-tahun tak kudengar,aku semakin menyembunyikan tubuh mungilku di balik punggung Raka

“Ada yang mau ketemu sama kamu.”Raka menarikku ke sampingnya,dan kini aku berdiri hanya beberapa meter dari tempat tidur Gading,keterkejutan jelas tampak di wajah tampan Gading yang kini semakin bertambah tampan.Aku memaksakan senyum kikuk.

“Kalian ngomong berdua,aku keluar ya.”Raka hampir beranjak seketika aku menangkap lengannya.
“Raka,kamu tetap disini”pintaku.Raka tersenyum kepadaku,senyuman yang mampu meluluh lantakkan puluhan hati gadis.

“Rayya,katakan yang ingin kamu katakan.”Raka tersenyum kemudian meninggalkanku sendiri bersama Gading. Aku berdiri kikuk,kutaruh keranjang buah-buahan di meja samping tempat tidur Gading,kuambil kursi dan aku duduk di kursi itu. Diam,beberapa menit lamanya kami membisu.Kepala Gading masih berbalut perban,begitupun luka-luka kecil di sekujur tubuhnya.

“Lama banget ya..kita gak ketemu”ucapku membuka obrolan,Gading tersenyum kecil.

“Iya..berapa lama ya? 7 tahun mungkin”.ucapnya singkat

“Kamu banyak berubah.”komentarku.Gading mengangkat sebelah alisnya,lalu tersenyum.

“Dan kamu gak pernah berubah,masih tetep sekecil ini.”candanya.Aku cemberut,yaaa..Gading,Raka,Yudha tumbuh dengan sangat pesat,atau aku ya yang gak tumbuh-tumbuh?

“Gading ada yang mau aku omongin...”

“Jangan ngomongin masa lalu,semua udah lewat.”Gading memotong,lalu membenarkan letak bantalnya,dia duduk bersandar di bantal-bantal tersebut.

“Aku tahu,tapi aku pengen minta ma’af atas semua yang kulakukan dulu,ma’af kalo aku mungkin pernah nyakitin kamu.”ucapku pelan.

“Sudah dima’afkan,”Aku mengangkat wajahku,menatap mata coklatnya,ketulusan terpancar disitu.aku tersenyum penuh arti.

“Gading ma’af,aku baru tahu semuanya ,tentang perasaanmu yang sebenarnya baru beberapa tahun yang lalu,dan parahnya aku baru tahu setelah aku menjadi istri orang.”suaraku semakin pelan,susah payah menelan ludah.

“Semua udah terjadi kok,gak ada guna disesalin kan?kamu gak nyesel kan atas semua yang udah terjadi.”aku menggeleng pelan.

“Apapun keadaanku sekarang,aku gak pernah menyesalinya,seenggaknya meskipun terlambat,aku tahu,bahwa dulu aku gak pernah bertepuk sebelah tangan,bahwa kita pernah merasakan rasa yang sama,dan akhirnya aku tahu kalo aku yang bodoh dan gak pernah percaya sama kamu,kupikir kamu Cuma sekedar mainin aku.”Aku tersenyum getir.Gading terdiam,menatapku dalam-dalam.

“Rayya,kenapa kamu menikah terlalu cepat?”tanyanya datar.

“Aku depresi karena kamu gak mencariku,melewatkanku begitu saja.”aku berkata dengan nada serius,lalu kemudian tertawa tergelak,Gading ikut tertawa kecut,memahami kalo akusedang bercanda.

“Lalu kenapa kamu sampai sekarang belum menikah?”tanyaku setelah tawa kami reda.Gading menaikkan sebelah alisnya dengan ekspresi cool.

“Aku sudah putus asa,kamu gak mau menungguku.”tawa kembali pecah di ruangan itu,aku sangat merindukan suasana seperti ini,suasana saat kami bisa bercanda dan tertawa lepas.Beberapa detik kemudian,ekspresi Gading berubah serius,

“Rayya,ma’afkan aku,aku gak pernah benar-benar mencarimu.”Aku tergugu,jantungku berhenti berdetak untuk beberapa detik,kurasakan sedikit perih di hatiku.

“Ma’afkan aku juga yang gak pernah benar-benar menunggumu.”Untuk pertama kalinya setelah sekian lama,mata kami bertemu,bertatapan satu sama lain.Kami terdiam,sibuk meredakan gejolak di hati masing-masing, aku memalingkan wajahku gugup,membuang jauh pikiran liarku.

“Gading,berhentilah terus mencari,berhentilah mengejar gadis-gadis itu.”Gading tersenyum kecut.

“Aku belum menemukan yang selama ini kucari,maka dari itu aku belum bisa berhenti.”Gading menyilangkan lengan di dadanya.

“Yang seperti apa yang kamu cari.”tanyaku menyelidik. Gading  memegangi dagunya,terlihat sedikit berpikir,kemudian memandangiku sepintas,membasahi bibir  dan berkata

“Kamu pasti tahu seperti apa yang kucari.”Aku tersenyum penuh arti,untuk beberapa detik kami kembali diam.Kuambil tas tanganku di meja,kubuka resleting dan kuambil selembar foto,kuserahkan foto itu ke tangan Gading.

Gading memandangi foto itu sekilas,tampak olehnya seorang gadis berjilbab yang tersenyum manis,senyumannya hangat dan ramah,membuat semua orang yang melihat ingin ikut tersenyum bersamanya,dan matanya yang bulat itu bersinar cerdas.Gadis di foto itu tidak terlalu cantik,tapi juga tidak bisa dikatakan jelek.Semakin dilihat,semakin menarik.Gading memandangku,meminta penjelasan. Aku tersenyum.

“Namanya Annida,sahabatku.Dia cerdas,riang,sederhana,santun,mandiri dan sangat tangguh.”serentetan kualitas Annida kujabarkan sambil terus tersenyum.Gading balas tersenyum,dipandanginya sekali lagi foto di tangannya,di belakang foto itu,kutuliskan alamat si Gadis dengan sangat lengkap dan jelas.Usia 25 tahun bukan masanya lagi memberikan nomor handphone atau pin BBM.

“Kutunggu kabar baik darimu Gading.”aku tersenyum sekali lagi,senyum terbaikku,aku berdiri,dan berjalan ke arah pintu.

 “Rayya.”panggil Gading,aku berhenti dan menoleh.

“Terima kasih.”ucapnya sambil tersenyum,ya Tuhan..senyum itu..senyum yang selama ini kurindukan,senyum Gading sahabatku,akhirnya aku kembali menemukan senyum itu..Ya..senyum tulus dari seorang sahabat,bukan senyum dari orang yang pernah aku cintai dan mencintaiku.


Aku menemukan sahabatku kembali setelah sekian lama,aku mengangguk dengan wajah berbinar,Kristal bening menggantung di kantung mataku,aku berpaling dan berjalan pergi sebelum Gading melihatnya,tapi kali ini..bukan tangisan kesedihan,bukan tangisan kehilangan,tapi tangisan kebahagiaan,aku bahagia karena menemukan sahabatku kembali.

Aku berjalan ,suamiku sudah menunggu di loby rumah sakit,kugandeng lengannya yang kokoh kemudian kami terus berjalan meninggalkan rumah sakit yang berdiri megah.
***

Setahun telah berlalu selepas pertemuanku dengan Gading di rumah sakit. Setelah itu tak pernah lagi aku bertemu dengannya,hanya sesekali Raka bercerita Gading yang sekarang telah brhenti bermain-main mengejar gadis-gadis yang gak jelas,aku senang mendengarnya.

Aku berjalan terburu-buru ketika kudengar pintu rumahku diketuk,kuelus perutku yang mulai membuncit.Ya…aku hamil anak keduaku.Usia kandunganku kini memasuki 7 bulan.


Kubuka pintu rumahku dan kudapati pak pos yang tersenyum ramah kepadaku.Pak pos mengantarkanku sebuah undangan,setelah kuucapkan terima kasih aku beranjak ke kamarku dengan undangan di tanganku. Kubuka amplop undangan yang berwarna merah hati itu.

Mataku melebar ketika membaca nama yang tertera di kartu undangan tersebut, GADING WICAKSANA dengan NURUL ANNIDA.nama itu tertulis jelas denga tinta emas. Air mataku jatuh berderai,kudekap kertas undangan yang wangi itu.


“Alhamdulillah ya Allah…akhirnya kabar baik itu datang juga.”Kuusap air mata bahagiaku dan kuberlari ke taman kecil di samping rumahku,kudapati suamiku sedang menyiangi tanaman-tanamannya. Kutunjukkan undangan di tanganku dengan penuh suka cita kepada suamiku,suamiku ikut tersenyum senang.Akhirnya hati seorang Rayya bisa tenang dan lega.


Gading..semoga kamu selalu berbahagia dengan siapapun wanita beruntung yang mendampingimu,seperti aku yang kini sudah berbahagia dengan keluarga kecilku. Do’a terbaikku menyertaimu Kawan.


*Finally tamaaatttt...terima kasih buat pembaca yang udah sabar ngikutin dari awal,memaksakan diri membaca meski sering cerita yang kusuguhkan garing kriuk-kriuk,tapii...gak ada kata terlambat untuk belajar,aku akan terus berusaha menampilkan yang terbaik dariku,see you another story,may be..hehehhee

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Yaaaahhhh udahan.. Padahal,, pengennya ftv nya jadi kayak sinetron,, hahahahaaa
And the last... Nice ending^^,
Tapi sayang banget ceritanya udah ketebak dari judulnya,, padahal seneng banget kalo dibuat penasaran, hehehehe

Nyu Bie mengatakan...

Q baca deskripsi suamimu kok jd inget yg itu ta.. 'q bisa mengandalkamu' huaaa
#curcol hahaha
udah tamat, brrti g nyampe crta bffl nu huhu

arista multi mengatakan...

Kak Izza-itulah kelemahan saya yang paling mendasar,gak bisa banget bikin judul,jadi ya begitulah keluarnya,hehehehe
Nyu Bie- Alah mbooooookkkkkkkkk....

Unknown mengatakan...

Nah loh judulnya ganti,, hehehe

*menyimak*

arista multi mengatakan...

hahahhahaha...atas masukan dari kakak n beng-beng.

Posting Komentar