Final Chapter : Kutemukanmu Kembali
Aku berjalan di lorong rumah
sakit dengan membawa sekeranjang buah-buahan,di sampingku suamiku tercinta
berjalan mengiringiku. Kulirik sekilas laki-laki yang telah memberiku seorang putri
itu. Suamiku memang tidak memiliki postur yang tinggi tegap seperti Gading,dia
juga tidak memiliki wajah yang rupawan seperti Gading,tapi dia laki-laki paling
sabar yang pernah kutemui. Pribadinya sederhana,tenang tetapi sangat bisa
diandalkan. Mungkin itulah alasan mengapa Allah mempertemukannya denganku,aku
yang berkepribadian serba ribet dan rumit. Aku sangat mencintainya karena dia
satu-satunya laki-laki yang tahan meladeniku,aku yang selalu merumitkan dan
mempersulit segala sesuatu, aku mencintainya karena dia mencintai keluargaku
sebesar dia mencintaiku,dan di atas itu semua,aku mencintainya karena dia ayah
dari anakku.
Mungkin yang kuinginkan adalah
sosok yang bersemangat,yang bergairah dalam mengejar hidup,yang sepertiku,yang
bisa menandingi bahkan melebihi gairahku dalam menjalani kehidupan,aku ingin
sosok yang optimis,ambisius,berapi-api,tapi bukankah Allah memberi apa yang
kita butuhkan dan bukan yang kita inginkan? Dan begitulah suamiku,sikapnya yang
tenang dan trimo ing pandum-lah yang bisa mengendalikan pribadiku yang ambisius
dan berapi-api.Dia sangat dewasa,mengimbangi aku yang childist dan manja.
Kami berhenti tepat beberapa
meter dari ruangan Gading,suamiku memandangiku,
“Masuklah Ma,satu jam lagi aku
jemput disini.”senyum tulus terpancar dari wajah lembut suamiku.
“Tapi Mas..”elakku,aku ragu jika
harus masuk ke ruangan Gading seorang diri.
“Masuklah,menjalin silaturahmi
dengan siapapun itu bukan suatu hal yang buruk,aku sangat
mempercayaimu”.kutatap matanya,ketulusan jelas terpancar di mata teduhnya,Ya
Tuhan..Kau tidak mengirimkan seorang suami untukku,melainkan seorang
malaikat.Aku mengangguk,suamiku tersenyum lalu mengecup lembut keningku seperti
yang biasa ia lakukan ketika kami berpisah.Hangat kecupannya msih sama seperti
ketika pertama ia melakukannya.Suamiku beranjak keluar,aku memandangi
punggungnya yang bergerak menjauh,punggung yang selama ini bekerja keras
untukku dan anakku.
Aku masih berdiri mematung di
luar ruangan . Kurapikan ikal-ikal cantik yang jatuh tergerai di pundakku.Aku
sudah merubah sedikit penampilanku agar terlihat lebih dewasa,t erlepas dari
tubuhku yang tetap mungil seperti anak SMP.Rambutku tak lagi lurus dan berponi.
Kulitku tak lagi gelap karena setiap hari terpanggang panas matahari dalam
latihan baris-berbaris.Wajah standartku berpulaskan make up tipis.Aku tak lagi
Rayya gadis 16 tahun yang cerewet,usiaku sekarang sudah 25 tahun dan aku sudah
menjadi seorang istri dan ibu.Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku,aku
menoleh,Raka. Sahabatku yang kukenal 10 tahun lebih lamanya,Laki-laki sejuta
pesona itu tersenyum kepadaku,bukan senyum jahil yag biasa dia lakukan,tetapi
senyum tulus.
“Masuk Rayya.”ucapnya singkat,
aku terkejut,Raka,biasanya dia akan memarahiku jika aku menyebut nama Gading,tapi
kenapa ini dia menyuruhku masuk,tapa sumiku pula.
“Aku tadi ketemu suamimu di
lobby,aku tahu dia mengijinkan kamu menemui Gading,ayo masuk,gak ada salahnya
bersilaturahmi sama mantan,hahahahaha.”jawabannya mengakhiri keraguan di hatiku,tanpa
sempat aku berkata,dia menarik tanganku,menggandengnya memasuki ruangan itu.
Aku berdiri canggung di balik punggung
Raka yang lebar.
“Hai bro…gimana udah ngerasa
baikan?”sapa Raka.
“Lumayan,bentar lagi boleh
pulang.”kudengar suara itu menjawab,suara yang bertahun-tahun tak kudengar,aku
semakin menyembunyikan tubuh mungilku di balik punggung Raka
“Ada yang mau ketemu sama
kamu.”Raka menarikku ke sampingnya,dan kini aku berdiri hanya beberapa meter
dari tempat tidur Gading,keterkejutan jelas tampak di wajah tampan Gading yang
kini semakin bertambah tampan.Aku memaksakan senyum kikuk.
“Kalian ngomong berdua,aku keluar
ya.”Raka hampir beranjak seketika aku menangkap lengannya.
“Raka,kamu tetap disini”pintaku.Raka tersenyum kepadaku,senyuman yang mampu meluluh lantakkan puluhan hati gadis.
“Raka,kamu tetap disini”pintaku.Raka tersenyum kepadaku,senyuman yang mampu meluluh lantakkan puluhan hati gadis.
“Rayya,katakan yang ingin kamu
katakan.”Raka tersenyum kemudian meninggalkanku sendiri bersama Gading. Aku
berdiri kikuk,kutaruh keranjang buah-buahan di meja samping tempat tidur Gading,kuambil
kursi dan aku duduk di kursi itu. Diam,beberapa menit lamanya kami membisu.Kepala
Gading masih berbalut perban,begitupun luka-luka kecil di sekujur tubuhnya.
“Lama banget ya..kita gak
ketemu”ucapku membuka obrolan,Gading tersenyum kecil.
“Iya..berapa lama ya? 7 tahun
mungkin”.ucapnya singkat
“Kamu banyak berubah.”komentarku.Gading
mengangkat sebelah alisnya,lalu tersenyum.
“Dan kamu gak pernah
berubah,masih tetep sekecil ini.”candanya.Aku cemberut,yaaa..Gading,Raka,Yudha
tumbuh dengan sangat pesat,atau aku ya yang gak tumbuh-tumbuh?
“Gading ada yang mau aku
omongin...”
“Jangan ngomongin masa lalu,semua
udah lewat.”Gading memotong,lalu membenarkan letak bantalnya,dia duduk
bersandar di bantal-bantal tersebut.
“Aku tahu,tapi aku pengen minta
ma’af atas semua yang kulakukan dulu,ma’af kalo aku mungkin pernah nyakitin
kamu.”ucapku pelan.
“Sudah dima’afkan,”Aku mengangkat
wajahku,menatap mata coklatnya,ketulusan terpancar disitu.aku tersenyum penuh
arti.
“Gading ma’af,aku baru tahu
semuanya ,tentang perasaanmu yang sebenarnya baru beberapa tahun yang lalu,dan
parahnya aku baru tahu setelah aku menjadi istri orang.”suaraku semakin
pelan,susah payah menelan ludah.
“Semua udah terjadi kok,gak ada
guna disesalin kan?kamu gak nyesel kan atas semua yang udah terjadi.”aku
menggeleng pelan.
“Apapun keadaanku sekarang,aku
gak pernah menyesalinya,seenggaknya meskipun terlambat,aku tahu,bahwa dulu aku
gak pernah bertepuk sebelah tangan,bahwa kita pernah merasakan rasa yang sama,dan
akhirnya aku tahu kalo aku yang bodoh dan gak pernah percaya sama kamu,kupikir
kamu Cuma sekedar mainin aku.”Aku tersenyum getir.Gading terdiam,menatapku
dalam-dalam.
“Rayya,kenapa kamu menikah
terlalu cepat?”tanyanya datar.
“Aku depresi karena kamu gak
mencariku,melewatkanku begitu saja.”aku berkata dengan nada serius,lalu
kemudian tertawa tergelak,Gading ikut tertawa kecut,memahami kalo akusedang
bercanda.
“Lalu kenapa kamu sampai sekarang
belum menikah?”tanyaku setelah tawa kami reda.Gading menaikkan sebelah alisnya
dengan ekspresi cool.
“Aku sudah putus asa,kamu gak mau
menungguku.”tawa kembali pecah di ruangan itu,aku sangat merindukan suasana seperti
ini,suasana saat kami bisa bercanda dan tertawa lepas.Beberapa detik
kemudian,ekspresi Gading berubah serius,
“Rayya,ma’afkan aku,aku gak
pernah benar-benar mencarimu.”Aku tergugu,jantungku berhenti berdetak untuk
beberapa detik,kurasakan sedikit perih di hatiku.
“Ma’afkan aku juga yang gak
pernah benar-benar menunggumu.”Untuk pertama kalinya setelah sekian lama,mata
kami bertemu,bertatapan satu sama lain.Kami terdiam,sibuk meredakan gejolak di
hati masing-masing, aku memalingkan wajahku gugup,membuang jauh pikiran liarku.
“Gading,berhentilah terus
mencari,berhentilah mengejar gadis-gadis itu.”Gading tersenyum kecut.
“Aku belum menemukan yang selama
ini kucari,maka dari itu aku belum bisa berhenti.”Gading menyilangkan lengan di
dadanya.
“Yang seperti apa yang kamu
cari.”tanyaku menyelidik. Gading
memegangi dagunya,terlihat sedikit berpikir,kemudian memandangiku
sepintas,membasahi bibir dan berkata
“Kamu pasti tahu seperti apa yang
kucari.”Aku tersenyum penuh arti,untuk beberapa detik kami kembali diam.Kuambil
tas tanganku di meja,kubuka resleting dan kuambil selembar foto,kuserahkan foto
itu ke tangan Gading.
Gading memandangi foto itu
sekilas,tampak olehnya seorang gadis berjilbab yang tersenyum manis,senyumannya
hangat dan ramah,membuat semua orang yang melihat ingin ikut tersenyum bersamanya,dan
matanya yang bulat itu bersinar cerdas.Gadis di foto itu tidak terlalu cantik,tapi
juga tidak bisa dikatakan jelek.Semakin dilihat,semakin menarik.Gading
memandangku,meminta penjelasan. Aku tersenyum.
“Namanya Annida,sahabatku.Dia
cerdas,riang,sederhana,santun,mandiri dan sangat tangguh.”serentetan kualitas
Annida kujabarkan sambil terus tersenyum.Gading balas tersenyum,dipandanginya
sekali lagi foto di tangannya,di belakang foto itu,kutuliskan alamat si Gadis
dengan sangat lengkap dan jelas.Usia 25 tahun bukan masanya lagi memberikan
nomor handphone atau pin BBM.
“Kutunggu kabar baik darimu
Gading.”aku tersenyum sekali lagi,senyum terbaikku,aku berdiri,dan berjalan ke arah
pintu.
“Rayya.”panggil Gading,aku berhenti dan
menoleh.
“Terima kasih.”ucapnya sambil
tersenyum,ya Tuhan..senyum itu..senyum yang selama ini kurindukan,senyum Gading
sahabatku,akhirnya aku kembali menemukan senyum itu..Ya..senyum tulus dari
seorang sahabat,bukan senyum dari orang yang pernah aku cintai dan mencintaiku.
Aku menemukan sahabatku kembali
setelah sekian lama,aku mengangguk dengan wajah berbinar,Kristal bening menggantung
di kantung mataku,aku berpaling dan berjalan pergi sebelum Gading melihatnya,tapi
kali ini..bukan tangisan kesedihan,bukan tangisan kehilangan,tapi tangisan
kebahagiaan,aku bahagia karena menemukan sahabatku kembali.
Aku
berjalan ,suamiku sudah menunggu di loby rumah sakit,kugandeng lengannya yang
kokoh kemudian kami terus berjalan meninggalkan rumah sakit yang berdiri megah.
***
Setahun telah berlalu selepas
pertemuanku dengan Gading di rumah sakit. Setelah itu tak pernah lagi aku
bertemu dengannya,hanya sesekali Raka bercerita Gading yang sekarang telah brhenti
bermain-main mengejar gadis-gadis yang gak jelas,aku senang mendengarnya.
Aku berjalan terburu-buru ketika
kudengar pintu rumahku diketuk,kuelus perutku yang mulai membuncit.Ya…aku hamil
anak keduaku.Usia kandunganku kini memasuki 7 bulan.
Kubuka pintu rumahku dan kudapati
pak pos yang tersenyum ramah kepadaku.Pak pos mengantarkanku sebuah undangan,setelah
kuucapkan terima kasih aku beranjak ke kamarku dengan undangan di tanganku.
Kubuka amplop undangan yang berwarna merah hati itu.
Mataku melebar ketika membaca
nama yang tertera di kartu undangan tersebut, GADING WICAKSANA dengan NURUL
ANNIDA.nama itu tertulis jelas denga tinta emas. Air mataku jatuh
berderai,kudekap kertas undangan yang wangi itu.
“Alhamdulillah ya Allah…akhirnya
kabar baik itu datang juga.”Kuusap air mata bahagiaku dan kuberlari ke taman
kecil di samping rumahku,kudapati suamiku sedang menyiangi tanaman-tanamannya.
Kutunjukkan undangan di tanganku dengan penuh suka cita kepada suamiku,suamiku ikut
tersenyum senang.Akhirnya hati seorang Rayya bisa tenang dan lega.
Gading..semoga kamu selalu
berbahagia dengan siapapun wanita beruntung yang mendampingimu,seperti aku yang
kini sudah berbahagia dengan keluarga kecilku. Do’a terbaikku menyertaimu
Kawan.
*Finally tamaaatttt...terima kasih buat pembaca yang udah sabar ngikutin dari awal,memaksakan diri membaca meski sering cerita yang kusuguhkan garing kriuk-kriuk,tapii...gak ada kata terlambat untuk belajar,aku akan terus berusaha menampilkan yang terbaik dariku,see you another story,may be..hehehhee
5 komentar:
Yaaaahhhh udahan.. Padahal,, pengennya ftv nya jadi kayak sinetron,, hahahahaaa
And the last... Nice ending^^,
Tapi sayang banget ceritanya udah ketebak dari judulnya,, padahal seneng banget kalo dibuat penasaran, hehehehe
Q baca deskripsi suamimu kok jd inget yg itu ta.. 'q bisa mengandalkamu' huaaa
#curcol hahaha
udah tamat, brrti g nyampe crta bffl nu huhu
Kak Izza-itulah kelemahan saya yang paling mendasar,gak bisa banget bikin judul,jadi ya begitulah keluarnya,hehehehe
Nyu Bie- Alah mbooooookkkkkkkkk....
Nah loh judulnya ganti,, hehehe
*menyimak*
hahahhahaha...atas masukan dari kakak n beng-beng.
Posting Komentar