Chapter 7 : Di Balik Diamnya Gading
Aku berjalan kembali ke kelasku dengan terus berpikir dan
bertanya,bagaimana bisa Gading yang menuliskan memo-memo itu? Selama ini kita
gak pernah dekat,kita hanya sekedar teman satu kelas,dan kebetulan dia sahabat
Pandu,kita gak pernah dekat secara personal. Tapi..kenapa justru malah dia jadi
orang yang paling baik dan paling perhatian sama kondisiku?Kenapa dia jadi
orang yang paling perduli terhadapku?Bahkan Diden yang sebelumnya sangat dekat
denganku , Rully,dan Rere,gak ada sedikitpun nunjukin simpatinya.Tapi kenapa
malah Gading?
Aku terus berpikir hingga aku sampai di kelasku,tampak
olehku Prima yang kembali menampilkan aksi spektakularnya,tawa riang kembali
bermunculan di kelasku,aku sangat merindukan atmosfer seperti ini,atmosfer yang
berminggu-minggu tak kurasakan.
“Rully,lagu ini special buat kamu,”ucap Prima disambut sorak
sorai teman sekelas.Rully tersenyum malu,mukanya yang putih pucat pun memerah.
Aku tertawa melihat cara Prima mengucapkannya,sungguh lucu ekspresi mukanya.Di
pojok sana Rere dan Diden bersenda gurau,sudah tiga minggu ini mereka jadian.
Aku berjalan menghampiri Rully dan Rossi yang tertawa-tawa melihat Prima
menyanyikan “Bintang di Surga”.Tiba-tiba Gading memanggilku,menyuruhku duduk di
sampingnya,aku menurut.
Kulirik Gading ragu,dalam hati aku ingin sekali bertanya padanya
tentang memo-memo itu,tentang perubahan sikapnya yang berubah sangat baik
padaku,tapi kuurungkan,aku takut dia akan canggung jika aku menanyakannya.
Gading baik,dia perhatian sama temannya,mungkin itu yang membuat Pandu
memilihnya menjadi sahabat karib.Dan sekarang,Gading sahabatku juga,aku gak
nyangka bakalan memiliki sahabat cowok sebaik dan seganteng ini. Kupandangi Gading
sekilas,dia sibuk mencoret-coret kertas di depannya. Cowok ini sangat
keren,apalagi kalo dilihat dari samping seperti ini,garis mukanya
bagus,tegas,rahangnya sempurna,batang hidungnya kokoh,dan
kulitnya..ahh..kulitnya terlalu putih
untuk ukuran cowok,seandainya Gading sedikit lebih gelap,aku yakin dia
bakalan jauh lebih keren,aku tertawa pada diriku sendiri,sikapku terang saja
mengundang perhatian Gading.
“Ngapain kamu ketawa -ketawa,”tanyanya heran,aku menggeleng
–geleng cepat dan menunduk menahan tawa,kulirik dia sekilas,tatapanku jatuh di
bibirnya yang merah,bagaimana mungkin cowok bisa punya bibir semerah itu,suatu
saat nanti aku bakalan tanya sama dia,lip balm apa yang dia pake,atau
barangkali sebelum berangkat sekolah dia make lipstick emaknya ya,ahh..tapi
masak cowok pake lipstick atau lip balm???hahahahhahaa…aku tergelak karena
pikiran nakalku,dan itu semakin membuat Gading penasaran.
“Heh Rayya,ngapain sih kamu ketawa terus.”tanyanya
penasaran.Aku menggeleng lagi dengan telapak tangan di bibirku menahan tawa.
“Gak mungkin,aku liat kamu nglirik aku terus kamu ketawa
sendiri,oooo…aku tahu,kamu pasti mikir jorok kan tentang aku.”kejar Gading
dengan senyumnya yang innocent.Aku kaget dan menggeleng-geleng cepat.
“Ngaku gak kamu,kamu pasti mikir jorok..ayo ngaku,kalo gak
ngakuuu….”Gading menggosok-gosok telapak
tangannya,jari-jarinya meluncur begitu saja hendak menggelitikiku,aku berusaha menghindar dan terus tergelak,kami
tertawa riang bersama-sama,lupa terhadap sekeliling.Sampai akhirnya Rully datang
menggoda kami
“Cieeeeee….ehhmm..ehhhmmm…akrab bangeeett…”Goda Rully,aku
masih berusaha meredakan tawaku,sedang Gading tertawa kikuk.
Begitulah,hari demi hari aku
semakin dekat dengan Gading,tiada hari tanpa bercanda dan mengobrol dengannya,kebetulan
juga kita sering satu kelompok di setiap tugas sekolah,dia teman yang
menyenangkan,aku sangat nyaman di dekatnya,aku berharap bisa seterusnya seperti
ini. Gading adalah teman yang selama ini kubutuhkan. Gading
baik,perhatian,lucu,semua yang kuingin ada di dirinya. Dan perlahan aku mulai
melupakan kesedihanku sepeninggalan Pandu.Aku sangat menyayangi Gading,tapi
sayangku padanya gak lebih dari sahabat,begitupun dengannya,aku yakin dia
menyayangiku sebagai sahabatnya.Sama sekali tak terpikirkan olehku untuk mengharap
rasa yang lebih dari Gading,dia sahabatku dan selamanya harus seperti itu. Aku
tahu,banyak yang mengharapkan Gading,dan dengan menjadi sahabatnya itu sudah
lebih dari cukup buatku,maka dari itu kujaga hatiku dari awal,aku gak pengen
jatuh olehnya.
***
Aku duduk di kursiku,mengerjakan tugas yang ditinggalkan
guruku,jam kosong lagi,kelasku seketika berubah jadi arena bermain.Tengah
serius-seriusnya aku mengerjakan tugasku,tiba-tiba Raka,pemilik mata terindah
yang pernah kutemui itu berteriak lantang di depan kelas.
“RAYYAAAA…GADING SUKA SAMA KAAMUUU…”teriaknya sambil
tertawa-tawa,seketika Gading menutup mulut Raka,muka Gading merah padam.Aku
tertawa terbahak-bahak.
“Apa????Gading suka sama
aku??gak mungkin..gak mungkin..”ujarku sambil tertawa-tawa,aku kembali
melanjutkan mengerjakan tugasku,tanpa melihat ekspresi Gading.Kuanggap itu
angin lalu,bisa-bisanya Raka aja,baru deket dikit pasti digosipin ada apa-apa.
Lagian gak mungkin itu terjadi,mana mungkin Gading suka sama aku,emangnya Gading
itu udah rabun bisa suka sama cewek serba nanggung macam aku.
Raka….Raka..ada-ada aja kamu itu.
***
Aku tertawa-tawa riang menghampiri Gading yang duduk di
kursinya,seketika aku duduk di sampingnya.
“Gading,ayo kita nyusul ke mejanya Prima,rame banget
disana.”sapaku dengan wajah innocent.Gading tak bergeming,dia melirikku sekilas
dengan tatapan dingin. Tak ada senyum di wajahnya yang tampan.Aku belum
menyadari perubahan sifatnya,aku menarik tangannya begitu saja,tapi Gading
tetap tak bergeming,dia hanya menatapku datar,tanpa berkata-kata.
“Gading kenapa ya?dia sakit?gak enak badan?perasaan tadi
pagi masih baik-baik aja”batinku tak mengerti.Rully menghampiriku,dan
melingkarkan lengannya di pundakku.
“Yok..Ray,kita ke kantin,habis itu maen ke kelas Dera
ya..”Aku hanya menurut,sebelum keluar kelas,kulirik Gading sekilas,dia masih
diam dengan muka yang kaku.Aku tak mengerti dengan perubahan sikapnya.Mungkin
Gading lagi ada masalah atau sedang gak enak badan,ahh..besok paling dia udah
balik seperti biasanya.
Tapi ternyata aku salah,Gading terus mendiamkanku,dan itu
berhari-hari.Tanpa tahu apa kesalahanku,dia terus menghindariku,aku sungguh
bingung dibuatnya,aku bener-bener gak merasa melakukan salah,kalopun aku
salah,aku lebih suka dia ngomong,atau marah sekalian,bukannya malah diam kayak
gini.Aku gak tahan,aku bener-bener gak tahan,aku gak mau Gading
mendiamkanku,aku gak mau kehilangan Gading,aku sudah sangat bergantung
padanya,dan kuputuskan aku harus ngomong sama dia,harus.Aku duduk di
sampingnya,dia tak melirik apalagi menoleh sedikitpun,padahal aku yakin dia
menyadari keberadaanku.Aku geleng-geleng kepala dengan kelakuannya yang
kuanggap childist.
“Gading kamu kenapa?akhir-akhir ini kamu aneh,kamu diemin
aku.”Gading tak bergeming.
“Aku salah?oke ma’afin aku kalo aku bikin salah,tapi
seengaknya kamu ngomong,gak diem kayak gini.”Gading masih tak
bergeming.Kesabaranku mulai menipis,kejadian
dengan Pandu diparkiran kembali
terputar di memoriku,dua sahabat ini,sama-sama keras kepala dan hobby
diem kalo ada masalah,bukannya dibicarain yang baik gitu istilah bahasa jawanya
mereka itu MBEGUDRUL,aku menghela nafas.
“Gadingg..apa salahku???”Gading tetap tak bereaksi,dia sibuk
memainkan bolpoint di tangannya.Aku mulai gak sabar,kusibak bahu bidangnya
hingga wajahnya menatapku,kini kami berhadap-hadapan.
“Gading,dari tadi aku ngomong sama kamu,jangan kamu anggurin
kayak gini.”ucapku dengan nada suara yang bergetar menahan jengkel di
hatiku.Gading menatapku jengah.
“Aku gak pa-pa,aku gak marah,buat apa aku marah sama kamu.”ucapnya
jengah,menghindari tatapan mataku.
“Kalo kamu gak kenapa-kenapa,bisa dong gak diemin aku kayak
gini.”tegasku. Gading tetap tak peduli,anak ini lebih keras kepala daripada aku
ternyata.Kejengkelan memenuhi rongga dadaku.
“Gadingg..bisa kan?”desakku tak sabar karena melihatnya
terus bungkam.Dia menghela nafas.
“Iya..iya…udah ah aku pengen
sendiri.”Gading beranjak meninggalkanku sendiri dengan tatapan kebingungan,aku
masih belum mengerti akan sifatnya.
***
Obrolanku dengan Gading siang itu tak sedikitpun membantu,Gading
masih saja menjaga jarak denganku,dia tetap menghindariku,mendiamkanku tanpa
kutahu alasannya,tiba-tiba hatiku pilu,aku kangen Gading yang dulu.
Siang itu aku makan siang di kantin dengan Rully dan Dera,menikmati
semangkok soto yang hangat dan segar.
“Gading mana Ray..”Tanya Dera membuka obrolan,Rully menginjak
kaki Dera tanpa kusadari,Dera mengedipkan sebelah matanya ke arah Rully,masih tanpa kusadari.
“Gak tahu..udah dua minggu aku didiemin sama dia,tanpa tahu
salahku apa.”sungutku.Dera menahan tawa,Rully tersenyum simpul.
“Masak kamu gak tahu sih Ray,kamu itu naïf banget ya jadi
orang.”ujar Dera sambil menyeruput es jeruknya.
“Ya..siapa juga yang ngerti bahasa orang gagu,dia diem
aja,gak ngomong apapun kok,maen diemin orang seenaknya.”aku menekuk mukaku mengingat
perilaku Gading.
“Kalian berdua sama aja,kayak anak kecil,yang satu gak
peka,satunya keras kepala.”Dera menambahi.Rully ngakak.Dan aku bingung bukan
main.
“Maksud kamu apa sih Der?kamu mau ngomong apa?to the point
deh.”Dera melirik Rully,Rully mengangkat bahu,aku heran dengan perilaku mereka
berdua yang dari tadi mencurigakan.
“Rayya,kamu tahu gak sih,Gading-suka-sama-kamu.”Dera
mengatakannya patah-patah,sejelas mungkin,cukup jelas untuk mendengarnya dan
mencerna kata-katanya.Tapi..otakku tetap tak bisa menerima kata yang diucapkan
Dera.
“Apa?bagaimana mungkin?kamu bercanda kan?kayak yang
dilakukan Raka?”ujarku shock.
“Rayya,kamu bukan anak kecil,harusnya kamu bisa ngebedain
perhatian cowok,mana perhatian temen,dan mana yang lebih dari temen. Gading beneran
suka sama kamu,aku dan Raka gak pernah bercanda,kita bertiga ini kenal dari
kecil looo..jadi aku tahu benar gimana Gading.”aku berusaha mencerna kalimat
Dera yang panjang.Kutatap Rully meminta kepastian,Rully mengangguk,hatiku
bergejolak,berbagai perasaan berkecamuk di dalamnya,aku gak tahu harus sedih
atau senang mendengar kenyataan itu.
“Tapi itu gak mungkin Dera,Gading gak mungkin suka sama
aku,di luar sana banyak yang mengharap dia,yang jauh lebih baik daripada
aku,tapi kenapa dia memilihku,aku ini Cuma sahabatnya Dera”pungkirku.
“Kalo soal itu,Cuma Gading yang tahu,cinta gak perlu alasan.Dan
kata-katamu kemarin sangat melukai hatinya Ray,dia ngerasa kamu udah
menolaknya.Itu yang bikin dia diemin kamu sampe sekarang,kamu gak peka,kamu gak
bisa memahami perasaan Gading.”Dera mengakhiri penjelasannya,dan beranjak
meninggalkan kantin,diikuti Rully.
Tinggalah aku termenung seorang diri,mencerna
semua yang dikatakan Dera.Gading mencintaiku?gak..ini gak mungkin,ini gak
boleh,aku gak mau Gading mencintaiku,Aku gak mau kehilangan sahabat sebaik Gading.
Ini gak boleh terjadi,ini pasti salah,Dera dan Raka pasti
mengada-ada,Gading gak mungkin mencintaiku.
0 komentar:
Posting Komentar