Rabu, 23 Juli 2014

Di Balik Diamnya Gading (Hati Seorang Rayya Chapter 7)

 




Chapter 7 : Di Balik Diamnya Gading

Aku berjalan kembali ke kelasku dengan terus berpikir dan bertanya,bagaimana bisa Gading yang menuliskan memo-memo itu? Selama ini kita gak pernah dekat,kita hanya sekedar teman satu kelas,dan kebetulan dia sahabat Pandu,kita gak pernah dekat secara personal. Tapi..kenapa justru malah dia jadi orang yang paling baik dan paling perhatian sama kondisiku?Kenapa dia jadi orang yang paling perduli terhadapku?Bahkan Diden yang sebelumnya sangat dekat denganku , Rully,dan Rere,gak ada sedikitpun nunjukin simpatinya.Tapi kenapa malah Gading?

Aku terus berpikir hingga aku sampai di kelasku,tampak olehku Prima yang kembali menampilkan aksi spektakularnya,tawa riang kembali bermunculan di kelasku,aku sangat merindukan atmosfer seperti ini,atmosfer yang berminggu-minggu tak kurasakan.
“Rully,lagu ini special buat kamu,”ucap Prima disambut sorak sorai teman sekelas.Rully tersenyum malu,mukanya yang putih pucat pun memerah. Aku tertawa melihat cara Prima mengucapkannya,sungguh lucu ekspresi mukanya.Di pojok sana Rere dan Diden bersenda gurau,sudah tiga minggu ini mereka jadian. Aku berjalan menghampiri Rully dan Rossi yang tertawa-tawa melihat Prima menyanyikan “Bintang di Surga”.Tiba-tiba Gading memanggilku,menyuruhku duduk di sampingnya,aku menurut.

Kulirik Gading ragu,dalam hati aku ingin sekali bertanya padanya tentang memo-memo itu,tentang perubahan sikapnya yang berubah sangat baik padaku,tapi kuurungkan,aku takut dia akan canggung jika aku menanyakannya. Gading baik,dia perhatian sama temannya,mungkin itu yang membuat Pandu memilihnya menjadi sahabat karib.Dan sekarang,Gading sahabatku juga,aku gak nyangka bakalan memiliki sahabat cowok sebaik dan seganteng ini. Kupandangi Gading sekilas,dia sibuk mencoret-coret kertas di depannya. Cowok ini sangat keren,apalagi kalo dilihat dari samping seperti ini,garis mukanya bagus,tegas,rahangnya sempurna,batang hidungnya kokoh,dan kulitnya..ahh..kulitnya terlalu putih  untuk ukuran cowok,seandainya Gading sedikit lebih gelap,aku yakin dia bakalan jauh lebih keren,aku tertawa pada diriku sendiri,sikapku terang saja mengundang perhatian Gading.
“Ngapain kamu ketawa -ketawa,”tanyanya heran,aku menggeleng –geleng cepat dan menunduk menahan tawa,kulirik dia sekilas,tatapanku jatuh di bibirnya yang merah,bagaimana mungkin cowok bisa punya bibir semerah itu,suatu saat nanti aku bakalan tanya sama dia,lip balm apa yang dia pake,atau barangkali sebelum berangkat sekolah dia make lipstick emaknya ya,ahh..tapi masak cowok pake lipstick atau lip balm???hahahahhahaa…aku tergelak karena pikiran nakalku,dan itu semakin membuat Gading penasaran.
“Heh Rayya,ngapain sih kamu ketawa terus.”tanyanya penasaran.Aku menggeleng lagi dengan telapak tangan di bibirku menahan tawa.
“Gak mungkin,aku liat kamu nglirik aku terus kamu ketawa sendiri,oooo…aku tahu,kamu pasti mikir jorok kan tentang aku.”kejar Gading dengan senyumnya yang innocent.Aku kaget dan menggeleng-geleng cepat.
“Ngaku gak kamu,kamu pasti mikir jorok..ayo ngaku,kalo gak ngakuuu….”Gading  menggosok-gosok telapak tangannya,jari-jarinya meluncur begitu saja hendak menggelitikiku,aku  berusaha menghindar dan terus tergelak,kami tertawa riang bersama-sama,lupa terhadap sekeliling.Sampai akhirnya Rully datang menggoda kami
“Cieeeeee….ehhmm..ehhhmmm…akrab bangeeett…”Goda Rully,aku masih berusaha meredakan tawaku,sedang Gading tertawa kikuk.

Begitulah,hari demi hari aku semakin dekat dengan Gading,tiada hari tanpa bercanda dan mengobrol dengannya,kebetulan juga kita sering satu kelompok di setiap tugas sekolah,dia teman yang menyenangkan,aku sangat nyaman di dekatnya,aku berharap bisa seterusnya seperti ini. Gading adalah teman yang selama ini kubutuhkan. Gading baik,perhatian,lucu,semua yang kuingin ada di dirinya. Dan perlahan aku mulai melupakan kesedihanku sepeninggalan Pandu.Aku sangat menyayangi Gading,tapi sayangku padanya gak lebih dari sahabat,begitupun dengannya,aku yakin dia menyayangiku sebagai sahabatnya.Sama sekali tak terpikirkan olehku untuk mengharap rasa yang lebih dari Gading,dia sahabatku dan selamanya harus seperti itu. Aku tahu,banyak yang mengharapkan Gading,dan dengan menjadi sahabatnya itu sudah lebih dari cukup buatku,maka dari itu kujaga hatiku dari awal,aku gak pengen jatuh olehnya.
***
Aku duduk di kursiku,mengerjakan tugas yang ditinggalkan guruku,jam kosong lagi,kelasku seketika berubah jadi arena bermain.Tengah serius-seriusnya aku mengerjakan tugasku,tiba-tiba Raka,pemilik mata terindah yang pernah kutemui itu berteriak lantang di depan kelas.
“RAYYAAAA…GADING SUKA SAMA KAAMUUU…”teriaknya sambil tertawa-tawa,seketika Gading menutup mulut Raka,muka Gading merah padam.Aku tertawa terbahak-bahak.
“Apa????Gading suka sama aku??gak mungkin..gak mungkin..”ujarku sambil tertawa-tawa,aku kembali melanjutkan mengerjakan tugasku,tanpa melihat ekspresi Gading.Kuanggap itu angin lalu,bisa-bisanya Raka aja,baru deket dikit pasti digosipin ada apa-apa. Lagian gak mungkin itu terjadi,mana mungkin Gading suka sama aku,emangnya Gading itu udah rabun bisa suka sama cewek serba nanggung macam aku. Raka….Raka..ada-ada aja kamu itu.
***
Aku tertawa-tawa riang menghampiri Gading yang duduk di kursinya,seketika aku duduk di sampingnya.
“Gading,ayo kita nyusul ke mejanya Prima,rame banget disana.”sapaku dengan wajah innocent.Gading tak bergeming,dia melirikku sekilas dengan tatapan dingin. Tak ada senyum di wajahnya yang tampan.Aku belum menyadari perubahan sifatnya,aku menarik tangannya begitu saja,tapi Gading tetap tak bergeming,dia hanya menatapku datar,tanpa berkata-kata.
“Gading kenapa ya?dia sakit?gak enak badan?perasaan tadi pagi masih baik-baik aja”batinku tak mengerti.Rully menghampiriku,dan melingkarkan lengannya di pundakku.
“Yok..Ray,kita ke kantin,habis itu maen ke kelas Dera ya..”Aku hanya menurut,sebelum keluar kelas,kulirik Gading sekilas,dia masih diam dengan muka yang kaku.Aku tak mengerti dengan perubahan sikapnya.Mungkin Gading lagi ada masalah atau sedang gak enak badan,ahh..besok paling dia udah balik seperti biasanya.

Tapi ternyata aku salah,Gading terus mendiamkanku,dan itu berhari-hari.Tanpa tahu apa kesalahanku,dia terus menghindariku,aku sungguh bingung dibuatnya,aku bener-bener gak merasa melakukan salah,kalopun aku salah,aku lebih suka dia ngomong,atau marah sekalian,bukannya malah diam kayak gini.Aku gak tahan,aku bener-bener gak tahan,aku gak mau Gading mendiamkanku,aku gak mau kehilangan Gading,aku sudah sangat bergantung padanya,dan kuputuskan aku harus ngomong sama dia,harus.Aku duduk di sampingnya,dia tak melirik apalagi menoleh sedikitpun,padahal aku yakin dia menyadari keberadaanku.Aku geleng-geleng kepala dengan kelakuannya yang kuanggap childist.
“Gading kamu kenapa?akhir-akhir ini kamu aneh,kamu diemin aku.”Gading tak bergeming.
“Aku salah?oke ma’afin aku kalo aku bikin salah,tapi seengaknya kamu ngomong,gak diem kayak gini.”Gading masih tak bergeming.Kesabaranku mulai menipis,kejadian  dengan Pandu diparkiran kembali  terputar di memoriku,dua sahabat ini,sama-sama keras kepala dan hobby diem kalo ada masalah,bukannya dibicarain yang baik gitu istilah bahasa jawanya mereka itu MBEGUDRUL,aku menghela nafas.
“Gadingg..apa salahku???”Gading tetap tak bereaksi,dia sibuk memainkan bolpoint di tangannya.Aku mulai gak sabar,kusibak bahu bidangnya hingga wajahnya menatapku,kini kami berhadap-hadapan.
“Gading,dari tadi aku ngomong sama kamu,jangan kamu anggurin kayak gini.”ucapku dengan nada suara yang bergetar menahan jengkel di hatiku.Gading menatapku jengah.
“Aku gak pa-pa,aku gak marah,buat apa aku marah sama kamu.”ucapnya jengah,menghindari tatapan mataku.
“Kalo kamu gak kenapa-kenapa,bisa dong gak diemin aku kayak gini.”tegasku. Gading tetap tak peduli,anak ini lebih keras kepala daripada aku ternyata.Kejengkelan memenuhi rongga dadaku.
“Gadingg..bisa kan?”desakku tak sabar karena melihatnya terus bungkam.Dia menghela nafas.
“Iya..iya…udah ah aku pengen sendiri.”Gading beranjak meninggalkanku sendiri dengan tatapan kebingungan,aku masih belum mengerti akan sifatnya.
***
Obrolanku dengan Gading siang itu tak sedikitpun membantu,Gading masih saja menjaga jarak denganku,dia tetap menghindariku,mendiamkanku tanpa kutahu alasannya,tiba-tiba hatiku pilu,aku kangen Gading yang dulu.

Siang itu aku makan siang di kantin dengan Rully dan Dera,menikmati semangkok soto yang hangat dan segar.
“Gading mana Ray..”Tanya Dera membuka obrolan,Rully menginjak kaki Dera tanpa kusadari,Dera mengedipkan sebelah matanya  ke arah Rully,masih tanpa kusadari.
“Gak tahu..udah dua minggu aku didiemin sama dia,tanpa tahu salahku apa.”sungutku.Dera menahan tawa,Rully tersenyum simpul.
“Masak kamu gak tahu sih Ray,kamu itu naïf banget ya jadi orang.”ujar Dera sambil menyeruput es jeruknya.
“Ya..siapa juga yang ngerti bahasa orang gagu,dia diem aja,gak ngomong apapun kok,maen diemin orang seenaknya.”aku menekuk mukaku mengingat perilaku Gading.
“Kalian berdua sama aja,kayak anak kecil,yang satu gak peka,satunya keras kepala.”Dera menambahi.Rully ngakak.Dan aku bingung bukan main.
“Maksud kamu apa sih Der?kamu mau ngomong apa?to the point deh.”Dera melirik Rully,Rully mengangkat bahu,aku heran dengan perilaku mereka berdua yang dari tadi mencurigakan.
“Rayya,kamu tahu gak sih,Gading-suka-sama-kamu.”Dera mengatakannya patah-patah,sejelas mungkin,cukup jelas untuk mendengarnya dan mencerna kata-katanya.Tapi..otakku tetap tak bisa menerima kata yang diucapkan Dera.
“Apa?bagaimana mungkin?kamu bercanda kan?kayak yang dilakukan Raka?”ujarku shock.
“Rayya,kamu bukan anak kecil,harusnya kamu bisa ngebedain perhatian cowok,mana perhatian temen,dan mana yang lebih dari temen. Gading beneran suka sama kamu,aku dan Raka gak pernah bercanda,kita bertiga ini kenal dari kecil looo..jadi aku tahu benar gimana Gading.”aku berusaha mencerna kalimat Dera yang panjang.Kutatap Rully meminta kepastian,Rully mengangguk,hatiku bergejolak,berbagai perasaan berkecamuk di dalamnya,aku gak tahu harus sedih atau senang mendengar kenyataan itu.
“Tapi itu gak mungkin Dera,Gading gak mungkin suka sama aku,di luar sana banyak yang mengharap dia,yang jauh lebih baik daripada aku,tapi kenapa dia memilihku,aku ini Cuma sahabatnya Dera”pungkirku.
“Kalo soal itu,Cuma Gading yang tahu,cinta gak perlu alasan.Dan kata-katamu kemarin sangat melukai hatinya Ray,dia ngerasa kamu udah menolaknya.Itu yang bikin dia diemin kamu sampe sekarang,kamu gak peka,kamu gak bisa memahami perasaan Gading.”Dera mengakhiri penjelasannya,dan beranjak meninggalkan kantin,diikuti Rully.

Tinggalah aku termenung seorang diri,mencerna semua yang dikatakan Dera.Gading mencintaiku?gak..ini gak mungkin,ini gak boleh,aku gak mau Gading mencintaiku,Aku gak mau kehilangan sahabat sebaik Gading.

Ini gak boleh terjadi,ini pasti salah,Dera dan Raka pasti mengada-ada,Gading gak mungkin mencintaiku.


0 komentar:

Posting Komentar