Chapter 2 : The Meaning of Holding Hand
Siang itu aku duduk di salah satu bangku Mall,menunggu sahabatku
Vida yang berbelanja keperluan bulanannya. Sambil menyeruput segelas jus jeruk
aku memerhatikan orang yang berlalu-lalang,sungguh ramai sore ini. Tiba-tiba
perhatianku tertuju kepada seorang gadis kecil,mungkin berusia sekitar lima
tahun. Gadis itu menangis sesunggukan di tengah keramaian hiruk pikuk orang
yang sedang berbelanja. Kuhampiri gadis kecil itu, dia berjongkok dan menyembunyikan
mukanya di pangkuan.
“Hallo adik kecil kamu kenapa nangis,kok sendirian,
Mama Papamu mana?”tanyaku ramah.Gadis
cilik itu mengangkat wajahnya yang sembab,dia sangat lucu,mukanya putih
bersih,matanya sedikit sipit,rambut panjangnya berkuncir dua.
“Kakakku…kakakku ilang…”jawabnya sambil terisak.
“Emmmm..kamu kesini sama kakakmu ya?udah jangan nangis,ini
kakak kasih permen”kusodorkan lolli pop dari sakuku, gadis kecil itu menghapus
air matanya dan menerima permen pemberianku.
“Sekarang ayo kita cari kakakmu sama-sama,nama kamu
siapa?”.Gadis kecil itu sibuk mebuka
bungkus permennya.
“Mella”jawabnya singkat.
“Kalo kakak Rayya,panggil aja kak Rayya”Aku menggandeng
tangan mungilnya dan mulai berjalan berkeliling mencari kakaknya.
“Mella coba katakana,seperti apa kakakmu biar Kakak lebih
mudah menemukannya”
“Dia tinggi,kulitnya putih,matanya sipit,pake kaos wrna
biru”jawab Mella. Aku berjinjit mencari-cari sosok dengan cirri-ciri yang
disebutkan Mella barusan,agak sulit bagiku menemukan sosok itu diantara pengunjung
yang berjubal,maklum saja aku aku tidak dikarunia Tuhan dengan tubuh yang
tinggi semampai.
“MELLAAAAA”terdengar suara cowok dari arah belakangku,kami
berdua menoleh.
“KAKAAAKKKK…”.Secara spontan Mella melepaskan gandenganku
dan berlari kearah cowok itu,cowok itu pun berlari kecil merentangkan tangan ke
arah Mella.
“Kakaaakkk..kakak kemana aja,Mella cariin dari tadi,Mella
kira kakak ilang”.rengek Mella di sela tangisan,Kakaknya memeluk erat adiknya
itu.
“Ma’af ya kakak minta Ma’af,kakak janji bakalan hati-hati
kalo ajak mella jalan-jalan.”Aku hanya berdiri menyaksikan pemandangan itu.
“Oh ya Kak,ini kakak yang tadi bantuin Mella nyariin Kakak,Kak
Rayya,sini….”Aku tersenyum dan mengahampiri kakak beradik itu.
“Rayya?kamu?”Kakak gadis itu yang tak lain adalah Pandu
terkejut melihat keberadaanku.
“Iya cowok songong.Hati-hati kek kalo ajak anak kecil ke
tempat rame kayak gini.”Ucapku sambil melotot,tanpa senyum. Pandu hanya
meringis.
“Ayo kak katanya mau beli boneka”rengek Mella yang langsung
berlari ke counter boneka.
“Rayya,ma kasih ya udah nemenin adikku.”ucap Pandu sambil
tersenyum.Aku balas tersenyum.
Kami berjalan beriringan,sedangkan Mella berlari-lari kecil
di depan kami. Tiba-tiba aku merasa sesuatu yang lembut dan hangat menyentul
tanganku,sedetik kemudian aku merasa ada sesuatu yang menyelusup di antara jari
jemariku,aku menengok ke arah tanganku,tangan Pandu. Pandu menggandeng
tanganku.Aku hanya diam memandangi tangannya diantara tanganku.
“Kenapa?”Tanya Pandu menyadari aku terdiam.Aku memandanginya
dengan pandangan “Apa yang kamu lakukan???”.Pandu meringis,
”Aku gandeng nanti kamu ilang kayak Mella”jawabnya asal.Aku
hanya diam tanpa berbuat apa-apa,membiarkan tanganku dalam genggamannya.Sensasi
yang manis menjalari punggungku.Jantungku berdetak dua kali lebih cepat karena
sensasi itu.Telapak tangan Pandu lembut,lembab,dan hangat. Hening,kami sibuk
dengan pikiran msing-masing.
“Kak,boneka yang ini gimana?”Mella memecahkan keheningan
diantara kami,menunjukkan hello kitty berukuran cukup besar. Melihat kami tanpa
reaksi,tatapan Mella jatuh ke tangan kami yang bergandengan,dia terkikik.
“Cieee…..Kak Pandu sama kak Rayya
pacaran ya?”.Aku terkesiap.”Hah???gak kok.”Aku gugup,Pandu cuma nyengir.
“Itu apa?kalo gandengan tangan kan tandanya
pacaran”ucap Mella polos sambil menunjuk tangan kami yang masih bergandengan.
Spontan kami melepaskan tangan kami bersamaan,kupalingkan muka menyembunyikan
wajahku yang memerah.Kulirik Pandu sekilas,dia menunduk,rona samar terlihat di
wajah putihnya.
***
Aku berjalan di lorong sekolah,sekitar beberapa meter dari
kelasku. Dari jarak segini aja sudah kedengaran betapa riuhnya kelas X.1. Dan benar saja,ketika aku masuk kelas Prima
sendang menampilkan penampilan spektakularnya, dia berdiri di atas meja
menyanyikan beberapa lagu yang tengah hitz ,dikelilingi anak-anak yang lain yang
bertepuk tangan,pemandangan yang gak asing,begitulah Prima,obsesiiii sekali
jadi penyanyi,bak Ariel Peterpan aja gayanya(Waktu itu belum ada Noah). Di
sampingnya,berdiri Tanjung yang berperan sabagai host dan baking vocal,kelas
riuh rendah dengan gelak tawa melihat kekonyolan mereka.
Sedangkan di sisi lain,Pandu dan Gading
berkejar-kejaran,saling mencoret muka masing-masing dengan stabilo.
Omaigaaatttt..kelakuan anak-anak ini,kenapa mereka belum menanggalkan atribut
Taman Kanak-kanaknya.Aku bergeleng-geleng melihat kelakuan ajaib mereka.
Aku duduk di mejaku,di sampingku Rossi sibuk mempelajari
rumus Matematika. Pagi ini memang ada ulangan Matematika di jam pertama.Aku
bertumpu dagu di atas mejaku,kupejamkan mataku,beberapa menit kemudian aku
merasakan wajahku menghangat. Kubuka mataku perlahan. Aku terkesiap bukan main.Ketika
kubuka mataku,di depanku Pandu nyengir kuda sambil bertumpu dagu sepertiku.
Jarak wajah kami sekitar satu
jengkal,tiba-tiba aku merasa pipiku memanas,dan aku yakin,saat ini pasti
semerah tomat.
“Ngapain kamu disiniii????”semburku seketika. Pandu
cekikikan.
“La kamu,ngapain merem-merem”jawabnya tepat sasaran.Aku
menunduk. Malu.
“Berdoa”jawabku sekenanya. Pandu tertawa terbahak-bahak.
”Kalo berdoa gitu ya..ajarin dong,sapa tahu nanti aku bisa
ngerjain ulangan Matematika kayak kamu.”Pandu semakin menggodaku.
“Sana pergi ahhh..”usirku menutupi rasa malu mengingat
betapa dekatnya wajah kami barusan. Pandu masih cengengesan.
“Ayo dong Rayya ajarin..ayo donk..”ucapnyu sambil
mengguncang lengan kiriku.
“Pergi ah..sana.pergi gak..”kupukul bahunya dengan buku
paket yang kupegang,dia tertawa terbahak-bahak sambil berlalu meninggalkanku.
“Aduuuhhh…Rossi,kamu gimana sih,kenapa kamu diem aja pas Pandu
ngeliatin aku sedeket itu”ucapku geram.Rossi terkikik.
“Tadi aku udah mau peringatin,tapi dia bilang aku suruh diem,yaudahhh..”ucapnya
tanpa dosa.
Haduuuuhhhhhhhhhhhh……
***
Dengung lebah eh maksudku suara anak-anak yang lagi ngrumpi
terdengar jelas. Kami memperbincangkan ulangan Matematika barusan di luar
kelas. Begitupun denganku,Rere,Rully dan Rossi. Rere hampir menangis karena
hanya bisa mengerjakan lima soal dar sepuluh soal.Tiba-tiba aku merasa mataku
dibekap dari belakang.Aku hanya diam karena tahu siapa yang melakukannya.
“Pandu…udah deh gak usah iseng”ucapku santai.Rere,Rully dan
Rossi terkikik.
“Ahhh..kenapa dia tahu secepat itu Ga…”Pandu melenguh kea
rah Gading,Gading hanya meringis.
“Siapa lagi yang iseng kalo gak kamu”ucapku sewot.
“Bisa aja Gading kan?”jawabnya gak mau kalah.
“Cologne kamu Pandu…..”Aku menggigit bibir menyadari
kesalahanku. Aku keceplosan karena mengafal bau colognenya.
“Cieeee…apal nih ye….sama baunya…ahahahahhaha”Gading
terbahak-bahak diikuti yang lainnya.
“Re…yok..ke kantin,laper nih..Dagg..Rayya..”Rully
mengedipkan sebelah matanya ke arahku sambil mengagndeng Rossi dan
Rere,meninggalkanku bersama Pandu dan Gading.
“Gimanaa tadi bisa gak ngerjain ulangannya”tanyaku. Pandu
dan Gading meringis serempak.
“Mmmmm..tadi 10 soal ya..aku bisa ngerjain cuma 3..”Pandu
nyengir lebar
“TIGA???”aku shock,parah,kayak gitu masih bisa
ketawa-ketawa.
“Eh bukan 3 deng,tapi 2 itupun patungan sama
Gading,ahahahahhahahha”Mereka ber-toss ria kemudian terbahak-bahak.Aku
geleng-geleng kepala.
“Kalian keterlaluan,kalo remidi gimana???”ucapku kesal.
“Kalo remidi,ka nada kamu yang bakalan kasih les privat
aku.”ucapnya santai sambil melingkarkan lengan ke pundakku. Kutepis seketika
lengan itu.tapi lagi-lagi lengan itu nongkrong di pundakku.
“Apaan sih ini gandeng-gandeng”ucapku kesal.
“Lupa ya kata Mella kemarin,kalo gandeng-gandeng itu berarti
tandanya kitaaa…….”
“Udah ah aku mau nyusul Rully ke kantin”aku berlari menyusul
Rully ke kantin,sebelum Pandu dan Gading menyadari mukaku yang memerah. Tawa
Pandu semakin meledak,malah kini sampai memegangi perutnya.
“Heii Broo..ada sesuatu ya…”Gading nowel bahu Pandu yang
belum reda tawanya.
“Sesuatu apa?”. Pandu merapikan rambut cepaknya.
“Ahh…pura-pura begoooo…,ituu…Lu..sama Rayya..”Gading
mengedipkan mata elangnya.Pandu hanya tersenyum menggoda.
“Menurut Lu gimana”.ucapnya dengan ekspresi yang dibuat
serius,tapi dengan cengiran di bibir.
“Selera Lu yang mungil-mungil gitu apa? Gak yang
tinggi-tinggi aja?ahahahhaha”Gading balik menggoda.
“Kita lihat aja entar..”jawabnya sambil melenggang ke
lapangan basket.
*Masih bikin boring ya???aduuhh duhh duhhh..aku udah berusaha keras menampilkan yang terbaik loh,ikutin terus yaaa..gimana hubungan rayya dan pandu selanjutnya,hehehhe
*Masih bikin boring ya???aduuhh duhh duhhh..aku udah berusaha keras menampilkan yang terbaik loh,ikutin terus yaaa..gimana hubungan rayya dan pandu selanjutnya,hehehhe
0 komentar:
Posting Komentar