Selasa, 22 Juli 2014

Kertas-kertas Memo (Hati Seorang Rayya Chapter 6)



Chapter 6 : Kertas-kertas Memo

Aku berlari tergopoh-gopoh menuju kelasku di pagi yang sibuk,terlambat lagi,sudah menjadi cerita usang bagiku.Aku menghela nafas lega ketika kutahu pelajaran belum dimulai,guruku belum masuk ke kelasku. Aku menuju tempat dudukku,menaruh tas dan duduk disitu.Tiba-tiba aku merasa seseorang memandangiku,aku menoleh ke kiri,benar saja,cowok berparas tampan itu tengah memandangiku dengan tatapan sendunya,ketika pandangan kami bertemu dia lekas memalingkan mukanya. Wajahku berubah sendu,kupandangi cowok itu yang kini menyibukkan diri dengan buku catatan di depannya,kupandangi garis mukanya yang luar biasa bagus.Dia selalu tampak mempesona jika dilihat dari samping seperti itu.Seperti merasa tengah kupandangi,lekas cowok itu menoleh ke arahku,spontan  aku berpaling,tak berani menyapa,apalagi berbicara.Dannn….aku terbanguunn..
Kukerjap-kerjapkan mataku berusaha mengingat mimpiku,huuuffftt..aku melenguh,mimpi itu lagi,selalu seperti itu.Tidak pernah berubah,berkali-kali aku memimpikannya dan selalu dalam situasi yang sama  seperti itu.
Aku memiringkan tubuhku,tampak olehku anak dan suamiku yang tertidur pulas.
“Astagfirullah…kenapa aku selalu memimpikan dia”.kupandangi wajah suamiku yang damai di tidurnya,kukecup pipinya lembut,bergantian dengan putri kecilku,kupejamkan mata lagi dan aku kembali tertidur.
***
“LU MIMPI GADING LAGIIIII..”Ishma berteriak histeris ketika aku bercerita mimpiku yang selalu sama untuk kesekian kalinya.Siang itu kami berkumpul di kamar Ishma.Aku,Alya,dan Zahra.
“Duuhh..biasa aja keleesss…gak usah lebbay begitu,pake triak-triak segala,nanti Raisha bangun”.Aku mengelus-elus rambut kriting Raisha yang tertidur lelap di kasur Ishma.Zahra ngakak.
“Iya tapi ini keterlaluan,sering Ray..seriiingg…”Ishma geleng-geleng kepala.
“Ya gak tahuuu..kita kan gak bisa program mimpi kita,gue juga gak mikirin dia,gue juga gak kangen dia,tapi tahu-tahu dia muncul gitu aja,menurut lu???apa gue salah???”belaku.Zahra semakin keras tawanya.
“Bentar..bentar..gue bikinin Profil buat Lu Ray.Nama : Rayya Nasjmi Annauri. Umur : 25 tahun. Hobby : Mimpiin Gading,ahahahahhahahaha”.Zahra,Ishma dan Alya tertawa terbahak-bahak.Aku memukul Zahra dengan bantal di tanganku.
“Ledekin aja teruuuuus...”ucapku kecut. Ishma dan Zahra memegangi perutnya menahan tawa,wajah mereka berdua yang putih berubah semerah tomat. Alya menyisir rambut panjangnya.
“Bentar..bentar kita analisa..heh buku berjalan,jangan ngaca mulu Lu..kasih solusi”Zahra memukul Alya dengan bantal,Alya nyengir.
“Oke..ehmmm..nih ya..menurut artikel yang pernah gue baca,ngimpiin mantan bukan berarti kita masih cinta sama mantan kita itu,bukan berarti  juga kalo kita kangen…”
“Tuh..dengeri kalian berdua”potongku senang mendengar penjelasan Alya,Ishma dan Zahra meleletkan lidah mereka.
“Mimpiin mantan bisa berarti karena…Pertama,kita bosan dan jenuh sama rutinitas kita sekarang,kita capek sama pkerjaan kita dan lain lain lah pokoknya,hingga kita merindukan kebebasan kita di masa lampau.”Alya menjelaskan dengan santai tapi serius.
“Lalu mengapa mantan yang muncul?apa hubungannya?”Ishma memotong
“Karena mantan itu symbol dari masa lalu.”Alya menyisir rambutnya lagi.
“Mmmmm..masuk akal sih”Zahra memegangi dagunya. Aku menyimak.
“Kedua,mungkin ada hal yang belum selesai diantara kita sama mantan kita itu.Ketiga, mungkin saja kita masih berutang ma’af sama mantan kita itu.”Alya mengakhiri penjelasannya sambil mematut bayangannya di cermin.
“Semuanya masuk akal dan mungkin memang benar.”komentarku.Zahra dan Ishma berpikir.
“Eh tapi pertanyaan gue nih ya..kenapa dia selalu muncul berseragam SMA,16 tahun,bukan 25 tahun.Pernah gue mimpi ada Raka juga,gue sama Raka kayak sekarang,25 tahun,dan dia tetep 16 tahun,heran gak sih”ceritaku.
“Ya bisa aja Ray..mimpi itu kan refleksi alam bawah sadar kita,memori lu sama dia itu waktu kalian 16 tahun bukan yang sekarang.Emangnya Lu pernah ketemu dia pas umur 25 tahun dan berkemeja.” Zahra menimpali.Aku menggeleng.
“Nah..itu dia,Lu gak pernah ketemu dia makanya yang ada di mimpi Lu dia yang masih berseragam SMA,16 tahun,bukan dia yang 25 tahun dan berkemeja”jelas Alya.
“Ehhh..tapi kan Rayya lihat dia di socmed,Gading yang sekarang,25 tahun.”Ishma menimpali.Mata coklatnya yang cantik mengerjap-ngerjap genit.
“Beda lahhh…socmed itu gak nyata,makanya gak terekam di memori bawah sadar Rayya.”Zahra menjelaskan.Ishma mengangguk-angguk.Aku termenung,memikirkan penjelasan sahabat-sahabatku.
“So…Rayya,ada yang belum selesai diantara kalian?Lu masih berutang ma’af?”Alya menatapku dengan serius.Aku menunduk dan menghela nafas.
“Panjang ceritanya…”ucapku jengah.Mata ketiga sahabatku bercahaya,seolah baru memenangkan lotre.
“Kita disini siap mendengarkan beibeeehhhhhh..”ucap mereka serempak dengan senyum yang lebaaaaarr.Sahabat-sahabatku ini sungguh perhatiiaaaann..(re=kepo) banget  sama urusan orang.
Aku memutar memoriku kembali ke sepuluh tahun yang lalu
*flashback
Aku tertunduk lesu di tempat dudukku,masih bersedih atas kepergian Pandu.Tak jauh dariku Rully duduk berjejeran dengan Gading,Rully juga menunduk dalam.
“Rully jangan sedih,minimal jangan dilihatin di depan Rayya,nanti dia tambah sedih.”hibur Gading.Aku mendengar percakapan mereka,aku hanya diam.Kubuka buku biologi di depanku,hingga kulihat selembar kertas bertuliskan.”JANGAN SEDIH RAYYA”.Beberapa hari ini sering kutemukan memo-memo sejenis di bukuku,di laci mejaku,ditasku,di tempat pensilku. Entah siapa yang menaruhnya. Dari tulisan tangannya,gak mungkin itu perempuan yang menulisnya,pasti laki-laki.Tapi siapa?Aku menoleh sekeliling.Tanjung?Yudha?gak mungkin,aku hapal benar tulisan tangan mereka.Raka?Tyo?itu lebih gak mungkin lagi,mereka lebih suka ngomong langsung dan ambil tindakan dibanding nulis-nulis kayak gini.Lalu siapa?aku terus bertanya-tanya,kubaca sekali lagi tulisan singkat itu.Aku tersenyum simpul,kumasukkan kertas itu ke dalam tas sekolahku,kukumpulkan bersama kertas memo sebelumya.
“Aku pasti menemukan siapa penulis kalian.”gumamku pada kertas-kertas itu.Aku menyandarkan kepalaku di meja,kupejamkan mata,berusaha untuk tidur,kebetulan lagi jam kosong.Rossi teman sebangkuku pergi ke perpus bersama Fia.Beberapa saat kemudian aku merasa kursi di sampingku diduduki seseorang,aku mengerjap-ngerjapkan mataku,bangkit dan menguap.Seseorang di sampingku tertawa kecil,aku menoleh.Gading.
“Kamu Ga?ada apa?.”ucapku malu karena kepergok menguap.
“Kamu tidur di kelas lagi?semalem tidur jam berapa?”tanyanya lembut.
“Jam delapan”jawabku singkat.
“Tidur sesore itu dan sekarang kamu udah ngantuk lagi?”Gading menaikkan alis lebatnya heran.Aku menunduk.
“Kamu tahu gak kenapa aku tidur terus.”gumamku.Gading memperhatikan.
“Aku pengen Pandu bisa datang di mimpiku.”wajahku berubah sendu.Gading menghela nafas.
“Rayya,bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu,selama kamu terus seperti ini,selamanya kamu gak akan pernah bertemu Pandu di mimpimu.”ucap Gading.Aku terhenyak,kutatap mata coklat Gading dalam-dalam.
“Maksudmu?”tanyaku heran.
“Ikhlaskan dia,relakan dia,jangan terus menerus menangisi kepergiannya.Kamu tahu,kalo kamu seperti ini,dia gak akan tenang,lalu bagaimana bisa dia mampir ke mimpimu,sedang kamu orang yang dia sayang malah hancur seperti ini”kata-kata Gading membuat hatiku tertohok,aku diam seribu bahasa.
“Rayya,berat memang kehilangan Pandu,begitupun denganku,aku tahu yang kamu rasain. Tapi hidup harus terus jalan.Kehilangan Pandu gak lantas juga membunuh dirimu dong. Kamu sadar gak,setelah kepergiannya kamu berubah banget.”Gading menatapku dalam-dalam.Aku balas menatapnya.
“Meskipun kita gak dekat,tapi aku tahu,ini bukan kamu Rayya.”suara Gading terdengar sangat pilu,Aku menunduk dalam-dalam.
“Kehilangan Pandu jangan lantas menghilangkan keceriaanmu. Rayya yang kutahu gak seperti ini,dia ceria,banyak ketawa,cerewet.Kamu sekarang gak focus,banyak melamun,dan yang jelas,udah lupa cara tersenyum”.Aku menunduk semakin dalam.
“Pandu pasti sedih Rayya lihat kamu kayak gini,kamu harus bangkit,gak boleh kamu terus-terusan terpuruk kayak gini. Yang sudah pergi itu gak akan mungkin bisa kembali meskipun kamu tangisin kayak apa juga.”Kutatap mata coklat Gading yang bening.Setetes air mataku turun,dengan segera aku menghapusnya.
“Terima kasih Gading.”ucapku dengan senyum yang tulus. Gading balas tersenyum,lebih tulus dari senyumku.
***
Dan begitulah,Gading selalu ada buatku,dia tak pernah membiarkanku sendiri,setiap  kali aku sendirian,maka dengan segera dia menyusulku,gak da lagi kesempatan untukku bisa melamun. Gading yang ceria,dia selalu bercerita banyak hal yang lucu,tentang kenangannya bersama Pandu,atau sekedar cerita-cerita gak penting lainnya. Aku menjadi pendengar setianya,gak pernah bosan aku melihat caranya bercerita.Dan perlahan,keceriaanku kembali muncul,aku kembali bisa tersenyum,dan semua ini karena Gading,yahh..tentu saja karena teman-temanku yang lain juga,Rully,Rere,Rossi,Fia,Prima,Tanjung,Raka,Tyo..teman-teman,kalian sungguh baik.
Seperti hari ini,aku berangkat sekolah dengan muka berseri-seri,keceriaan jelas terpancar dari wajahku.Aku berlari menuju kelas,tak sabar ingin menceritakan suatu hal pada Gading.
“GADIIIIINNGGGG..”teriakku ketika sampai di depan kelas,Gading menoleh,lalu menghampiriku diikuti Rully dan Rere.Aku memegang tangan Gading sambil terus melonjak-lonjak.
“Gading kamu tahu,semalem aku mimpi Pandu..aku mimpi Pandu..”ujarku bersemangat.
“Oh ya??terus dia bilang apa”Tanya Gading bersemangat.
“Gak bilang apa-apa,dia Cuma diam,pake baju putih,wajahnya bersinar,dia senyum sama aku,ganteeeennngg..banget,gak pernah aku lihat dia seganteng itu semasa hidup”ceritaku menerawang.
Gading Rere dan rully tersenyum,mereka ikut bahagia atas kebahagiaanku.
“Dari situ aku tahu,dia sudah tenang disana,dia sudah mema’afkanku,dan dia ingin aku melanjutkan hidupku dengan bahagia.”aku tersenyum ceria.
“Amiin.”ucap mereka serempak.Aku memeluk mereka dalam sekali tempo.
“Ma kasih ya teman-teman..atas perhatiannya selama ini”
***
Aku berjalan ke kantor guru dengan setumpuk buku di tanganku,Bu Aida mengutusku untuk menaruh buku-buku tugas teman sekelasku itu ke mejanya.Aku kepayahan dengan buku –buku itu,sehingga beberapa diantaranya jatuh tercecer,dengan sabar kupunguti buku itu satu per satu. Aku terpaku ketika tatapanku jatuh ke salah satu buku  yang tanpa sengaja terbuka.Kumbil buku itu dan kuamati tulisan tangan di dalamnya.
Tulisan ini,tulisan ini tak asing buatku. Dimana ya aku pernah melihat tulisan ini.Aku berusaha mengingat-ingat.Ya Allah..ini..ini..tulisan yang sama  dengan tulisan-tulisan di memoku selama ini.Ya..pemilik buku ini pasti orang yang selama ini menulis memo untukku,memo yang selalu jadi penyemangatku.Dengan tak sabar kulihat sampul buku tersebut.GADING WICAKSANA.Nama itu tertulis jelas di sampul buku.
Gading??? Jadi Gading yang selama ini menulis memo buatku???

0 komentar:

Posting Komentar