Chapter 6 : Kertas-kertas Memo
Aku berlari tergopoh-gopoh menuju kelasku di pagi yang sibuk,terlambat
lagi,sudah menjadi cerita usang bagiku.Aku menghela nafas lega ketika kutahu
pelajaran belum dimulai,guruku belum masuk ke kelasku. Aku menuju tempat
dudukku,menaruh tas dan duduk disitu.Tiba-tiba aku merasa seseorang
memandangiku,aku menoleh ke kiri,benar saja,cowok berparas tampan itu tengah
memandangiku dengan tatapan sendunya,ketika pandangan kami bertemu dia lekas
memalingkan mukanya. Wajahku berubah sendu,kupandangi cowok itu yang kini
menyibukkan diri dengan buku catatan di depannya,kupandangi garis mukanya yang
luar biasa bagus.Dia selalu tampak mempesona jika dilihat dari samping seperti
itu.Seperti merasa tengah kupandangi,lekas cowok itu menoleh ke
arahku,spontan aku berpaling,tak berani
menyapa,apalagi berbicara.Dannn….aku terbanguunn..
Kukerjap-kerjapkan mataku berusaha mengingat
mimpiku,huuuffftt..aku melenguh,mimpi itu lagi,selalu seperti itu.Tidak pernah
berubah,berkali-kali aku memimpikannya dan selalu dalam situasi yang sama seperti itu.
Aku memiringkan tubuhku,tampak olehku anak dan suamiku yang
tertidur pulas.
“Astagfirullah…kenapa aku selalu
memimpikan dia”.kupandangi wajah suamiku yang damai di tidurnya,kukecup pipinya
lembut,bergantian dengan putri kecilku,kupejamkan mata lagi dan aku kembali
tertidur.
***
“LU MIMPI GADING LAGIIIII..”Ishma berteriak histeris ketika
aku bercerita mimpiku yang selalu sama untuk kesekian kalinya.Siang itu kami
berkumpul di kamar Ishma.Aku,Alya,dan Zahra.
“Duuhh..biasa aja keleesss…gak usah lebbay begitu,pake
triak-triak segala,nanti Raisha bangun”.Aku mengelus-elus rambut kriting Raisha
yang tertidur lelap di kasur Ishma.Zahra ngakak.
“Iya tapi ini keterlaluan,sering Ray..seriiingg…”Ishma
geleng-geleng kepala.
“Ya gak tahuuu..kita kan gak bisa program mimpi kita,gue
juga gak mikirin dia,gue juga gak kangen dia,tapi tahu-tahu dia muncul gitu
aja,menurut lu???apa gue salah???”belaku.Zahra semakin keras tawanya.
“Bentar..bentar..gue bikinin Profil buat Lu Ray.Nama : Rayya
Nasjmi Annauri. Umur : 25 tahun. Hobby : Mimpiin Gading,ahahahahhahahaha”.Zahra,Ishma
dan Alya tertawa terbahak-bahak.Aku memukul Zahra dengan bantal di tanganku.
“Ledekin aja teruuuuus...”ucapku kecut. Ishma dan Zahra memegangi
perutnya menahan tawa,wajah mereka berdua yang putih berubah semerah tomat.
Alya menyisir rambut panjangnya.
“Bentar..bentar kita analisa..heh buku berjalan,jangan ngaca
mulu Lu..kasih solusi”Zahra memukul Alya dengan bantal,Alya nyengir.
“Oke..ehmmm..nih ya..menurut artikel yang pernah gue
baca,ngimpiin mantan bukan berarti kita masih cinta sama mantan kita itu,bukan
berarti juga kalo kita kangen…”
“Tuh..dengeri kalian berdua”potongku senang mendengar
penjelasan Alya,Ishma dan Zahra meleletkan lidah mereka.
“Mimpiin mantan bisa berarti karena…Pertama,kita bosan dan
jenuh sama rutinitas kita sekarang,kita capek sama pkerjaan kita dan lain lain
lah pokoknya,hingga kita merindukan kebebasan kita di masa lampau.”Alya
menjelaskan dengan santai tapi serius.
“Lalu mengapa mantan yang muncul?apa hubungannya?”Ishma
memotong
“Karena mantan itu symbol dari masa lalu.”Alya menyisir
rambutnya lagi.
“Mmmmm..masuk akal sih”Zahra memegangi dagunya. Aku
menyimak.
“Kedua,mungkin ada hal yang belum selesai diantara kita sama
mantan kita itu.Ketiga, mungkin saja kita masih berutang ma’af sama mantan kita
itu.”Alya mengakhiri penjelasannya sambil mematut bayangannya di cermin.
“Semuanya masuk akal dan mungkin memang
benar.”komentarku.Zahra dan Ishma berpikir.
“Eh tapi pertanyaan gue nih ya..kenapa dia selalu muncul
berseragam SMA,16 tahun,bukan 25 tahun.Pernah gue mimpi ada Raka juga,gue sama
Raka kayak sekarang,25 tahun,dan dia tetep 16 tahun,heran gak sih”ceritaku.
“Ya bisa aja Ray..mimpi itu kan refleksi alam bawah sadar
kita,memori lu sama dia itu waktu kalian 16 tahun bukan yang sekarang.Emangnya
Lu pernah ketemu dia pas umur 25 tahun dan berkemeja.” Zahra menimpali.Aku
menggeleng.
“Nah..itu dia,Lu gak pernah ketemu dia makanya yang ada di
mimpi Lu dia yang masih berseragam SMA,16 tahun,bukan dia yang 25 tahun dan
berkemeja”jelas Alya.
“Ehhh..tapi kan Rayya lihat dia di socmed,Gading yang
sekarang,25 tahun.”Ishma menimpali.Mata coklatnya yang cantik mengerjap-ngerjap
genit.
“Beda lahhh…socmed itu gak nyata,makanya gak terekam di
memori bawah sadar Rayya.”Zahra menjelaskan.Ishma mengangguk-angguk.Aku
termenung,memikirkan penjelasan sahabat-sahabatku.
“So…Rayya,ada yang belum selesai diantara kalian?Lu masih
berutang ma’af?”Alya menatapku dengan serius.Aku menunduk dan menghela nafas.
“Panjang ceritanya…”ucapku jengah.Mata ketiga sahabatku
bercahaya,seolah baru memenangkan lotre.
“Kita disini siap mendengarkan beibeeehhhhhh..”ucap mereka
serempak dengan senyum yang lebaaaaarr.Sahabat-sahabatku ini sungguh
perhatiiaaaann..(re=kepo) banget sama
urusan orang.
Aku memutar memoriku kembali ke sepuluh tahun yang lalu
*flashback
Aku tertunduk lesu di tempat dudukku,masih bersedih atas
kepergian Pandu.Tak jauh dariku Rully duduk berjejeran dengan Gading,Rully juga
menunduk dalam.
“Rully jangan sedih,minimal jangan dilihatin di depan
Rayya,nanti dia tambah sedih.”hibur Gading.Aku mendengar percakapan mereka,aku
hanya diam.Kubuka buku biologi di depanku,hingga kulihat selembar kertas
bertuliskan.”JANGAN SEDIH RAYYA”.Beberapa hari ini sering kutemukan memo-memo
sejenis di bukuku,di laci mejaku,ditasku,di tempat pensilku. Entah siapa yang
menaruhnya. Dari tulisan tangannya,gak mungkin itu perempuan yang
menulisnya,pasti laki-laki.Tapi siapa?Aku menoleh sekeliling.Tanjung?Yudha?gak
mungkin,aku hapal benar tulisan tangan mereka.Raka?Tyo?itu lebih gak mungkin
lagi,mereka lebih suka ngomong langsung dan ambil tindakan dibanding
nulis-nulis kayak gini.Lalu siapa?aku terus bertanya-tanya,kubaca sekali lagi
tulisan singkat itu.Aku tersenyum simpul,kumasukkan kertas itu ke dalam tas
sekolahku,kukumpulkan bersama kertas memo sebelumya.
“Aku pasti menemukan siapa penulis kalian.”gumamku pada
kertas-kertas itu.Aku menyandarkan kepalaku di meja,kupejamkan mata,berusaha
untuk tidur,kebetulan lagi jam kosong.Rossi teman sebangkuku pergi ke perpus
bersama Fia.Beberapa saat kemudian aku merasa kursi di sampingku diduduki
seseorang,aku mengerjap-ngerjapkan mataku,bangkit dan menguap.Seseorang di
sampingku tertawa kecil,aku menoleh.Gading.
“Kamu Ga?ada apa?.”ucapku malu karena kepergok menguap.
“Kamu tidur di kelas lagi?semalem tidur jam berapa?”tanyanya
lembut.
“Jam delapan”jawabku singkat.
“Tidur sesore itu dan sekarang kamu udah ngantuk
lagi?”Gading menaikkan alis lebatnya heran.Aku menunduk.
“Kamu tahu gak kenapa aku tidur terus.”gumamku.Gading
memperhatikan.
“Aku pengen Pandu bisa datang di mimpiku.”wajahku berubah
sendu.Gading menghela nafas.
“Rayya,bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu,selama kamu
terus seperti ini,selamanya kamu gak akan pernah bertemu Pandu di mimpimu.”ucap
Gading.Aku terhenyak,kutatap mata coklat Gading dalam-dalam.
“Maksudmu?”tanyaku heran.
“Ikhlaskan dia,relakan dia,jangan terus menerus menangisi
kepergiannya.Kamu tahu,kalo kamu seperti ini,dia gak akan tenang,lalu bagaimana
bisa dia mampir ke mimpimu,sedang kamu orang yang dia sayang malah hancur
seperti ini”kata-kata Gading membuat hatiku tertohok,aku diam seribu bahasa.
“Rayya,berat memang kehilangan Pandu,begitupun denganku,aku
tahu yang kamu rasain. Tapi hidup harus terus jalan.Kehilangan Pandu gak lantas
juga membunuh dirimu dong. Kamu sadar gak,setelah kepergiannya kamu berubah
banget.”Gading menatapku dalam-dalam.Aku balas menatapnya.
“Meskipun kita gak dekat,tapi aku tahu,ini bukan kamu
Rayya.”suara Gading terdengar sangat pilu,Aku menunduk dalam-dalam.
“Kehilangan Pandu jangan lantas menghilangkan keceriaanmu.
Rayya yang kutahu gak seperti ini,dia ceria,banyak ketawa,cerewet.Kamu sekarang
gak focus,banyak melamun,dan yang jelas,udah lupa cara tersenyum”.Aku menunduk
semakin dalam.
“Pandu pasti sedih Rayya lihat kamu kayak gini,kamu harus
bangkit,gak boleh kamu terus-terusan terpuruk kayak gini. Yang sudah pergi itu
gak akan mungkin bisa kembali meskipun kamu tangisin kayak apa juga.”Kutatap
mata coklat Gading yang bening.Setetes air mataku turun,dengan segera aku
menghapusnya.
“Terima kasih Gading.”ucapku
dengan senyum yang tulus. Gading balas tersenyum,lebih tulus dari senyumku.
***
Dan begitulah,Gading selalu ada buatku,dia tak pernah
membiarkanku sendiri,setiap kali aku
sendirian,maka dengan segera dia menyusulku,gak da lagi kesempatan untukku bisa
melamun. Gading yang ceria,dia selalu bercerita banyak hal yang lucu,tentang
kenangannya bersama Pandu,atau sekedar cerita-cerita gak penting lainnya. Aku
menjadi pendengar setianya,gak pernah bosan aku melihat caranya bercerita.Dan
perlahan,keceriaanku kembali muncul,aku kembali bisa tersenyum,dan semua ini
karena Gading,yahh..tentu saja karena teman-temanku yang lain juga,Rully,Rere,Rossi,Fia,Prima,Tanjung,Raka,Tyo..teman-teman,kalian
sungguh baik.
Seperti hari ini,aku berangkat sekolah dengan muka
berseri-seri,keceriaan jelas terpancar dari wajahku.Aku berlari menuju
kelas,tak sabar ingin menceritakan suatu hal pada Gading.
“GADIIIIINNGGGG..”teriakku ketika sampai di depan
kelas,Gading menoleh,lalu menghampiriku diikuti Rully dan Rere.Aku memegang
tangan Gading sambil terus melonjak-lonjak.
“Gading kamu tahu,semalem aku mimpi Pandu..aku mimpi
Pandu..”ujarku bersemangat.
“Oh ya??terus dia bilang apa”Tanya Gading bersemangat.
“Gak bilang apa-apa,dia Cuma diam,pake baju putih,wajahnya
bersinar,dia senyum sama aku,ganteeeennngg..banget,gak pernah aku lihat dia
seganteng itu semasa hidup”ceritaku menerawang.
Gading Rere dan rully tersenyum,mereka ikut bahagia atas
kebahagiaanku.
“Dari situ aku tahu,dia sudah tenang disana,dia sudah mema’afkanku,dan
dia ingin aku melanjutkan hidupku dengan bahagia.”aku tersenyum ceria.
“Amiin.”ucap mereka serempak.Aku memeluk mereka dalam sekali
tempo.
“Ma kasih ya teman-teman..atas
perhatiannya selama ini”
***
Aku berjalan ke kantor guru dengan setumpuk buku di
tanganku,Bu Aida mengutusku untuk menaruh buku-buku tugas teman sekelasku itu
ke mejanya.Aku kepayahan dengan buku –buku itu,sehingga beberapa diantaranya
jatuh tercecer,dengan sabar kupunguti buku itu satu per satu. Aku terpaku
ketika tatapanku jatuh ke salah satu buku
yang tanpa sengaja terbuka.Kumbil buku itu dan kuamati tulisan tangan di
dalamnya.
Tulisan ini,tulisan ini tak asing buatku. Dimana ya aku
pernah melihat tulisan ini.Aku berusaha mengingat-ingat.Ya
Allah..ini..ini..tulisan yang sama
dengan tulisan-tulisan di memoku selama ini.Ya..pemilik buku ini pasti
orang yang selama ini menulis memo untukku,memo yang selalu jadi
penyemangatku.Dengan tak sabar kulihat sampul buku tersebut.GADING WICAKSANA.Nama
itu tertulis jelas di sampul buku.
Gading??? Jadi Gading yang selama ini menulis memo buatku???
0 komentar:
Posting Komentar