Sabtu, 12 Juli 2014

Hati Seorang Rayya (Sebuah cerita bersambung)



 

Chapter 1 : Cowok Angkuh itu…

Mama..ini apa?” Raisha putri kecilku berlari ke arahku sambil membawa sebuah buku. Aku mengambil buku itu dari tangan mungilnya.Kulihat sekilas.”Ini namanya buku diary sayang..”jawabku lembut

“Buku diary itu apa Ma?”tanyanya lagi,putriku ini memang super kritis.

“Buku diary itu catatan harian jaman mudanya Mama dek…isinya ya tentang seberapa besar mama mencintai papamu ini” tiba-tiba suamiku muncul dan menggodaku.Aku terkekeh.

“Gak sayang,sama sekali gak ada Papamu,ini diary jaman mama SMA dulu”.Kusibak lembar demi lembar kertas lusuh itu, aku tersenyum kecil,masa muda yang indah. Aku menutup diary itu,khayalanku terbang ke masa 10 tahun yang lalu.

***
“Ray,lihat deh..dua cowok yang duduk di pojok belakang itu,ganteng-ganteng ya mereka”, celetuk Nuril temen sebangkuku. Aku menoleh sekilas tak tertarik. Aku hanya diam tanpa berkomentar.

“Ye..nih anak,gimana,ganteng gak????” Nuril  mulai kesal karena keacuhanku. Aku menghela nafas,capek bukan main seharian MOS, yahh..ini hari ketiga MOS di SMA-ku.

“Iya ganteenngg..puas?” jawabku masih acuh.

“Kamu suka yang mana,aku sih lebih suka ngelihatin  Pandu,putih,tinggi,matanya sipit,senyumnya maniiisss banget,hihihi”Nuril mulai berkicau.

“Diiihhh….aku gak suka tampang oriental kayak gitu,udah gitu anaknya pecicilan,bukan kriteriaku,cakepan juga sebelahnya tuh si Riza,macho,”kataku sambil nyengir.

“Alaaahhhh..gayamu,awas aja kalo sampe nanti kamu jatuh cinta sama si Pandu.”ejek Nuril.

“GAK AKAN..itu gak akan pernah terjadi.Udah ah..aku mau pulang,capeeekk” ujarku sambil beranjak.

Aku keluar kelas dan berjalan menuju gerbang sekolah bersama murid-murid yang lain,semua wajah ini asing bagiku,tak satu pun aku mengenalnya. Tiba-tiba aku merindukan sahabat-sahabatku di SMP.Vida, Annisa, Shila apa kalian menikmati sekolah baru kalian?

***
Aku duduk di  kursi tunggal bus (bus mini di daerahku memiliki  satu kursi  di dekat pintu masuk dimana kursi itu hanya bisa diduki satu orang/ tidak bersebelahan) tempat favoritku.

Panas bukan main siang ini,tapi si bus tak kunjung merangkak. Beberapa saat kemudian cowok oriental yang sering  dibicarakan Nuril melangkah ke dalam bus,tubuhnya yang menjulang tinggi membuatnya sedikit menunduk ketika memasuki bus. Tanpa sengaja tatapan kami bertemu,dengan angkuh dia segera memalingkan muka. Aku pun hanya 
diam,tanpa senyum , lalu kemudian kembali asik menikmati pemandangan di luar jendela.

***
Hari ini 24 Juli 2004 aku resmi menjadi siswi SMA,atribut MOS sudah aku tanggalkan. Dan kini aku mengenakan seragam putih abu-abuku,seragam yang sejak beberapa tahun lalu selalu kuimpikan untuk segera kukenakan. Kata mereka masa putih abu-abu itu masa yang paling menyenangkan,masa penuh kenangan. Heeemmmm seperti apa ya masa putih abu-abuku nanti.

Kulangkahkan kakiku dengan ragu memasuki kelas baruku,lagi-lagi wajah yang asing. Yahhh..aku berpisah dengan Nuril teman sebangkuku sewaktu MOS,aku juga berpisah dengan Okta,Yessi, dan Prita teman-temanku dari SMP. Tapi mereka semua terlihat menyenangkan,kuedarkan pandangan. Tatapanku jatuh ke satu sosok cowok tinggi,bermata sipit,dan berkulit putih. Haiiiyyaaahhhh….cowok  angkuh itu lagi,idolanya Nuril,aku sekelas dengannya. Dia menatapku sepintas kemudian kembali asik mengobrol dengan temannya yang juga tinggi dan berparas kebulean.

“Hai..kok malah berdiri disini,ayo duduk,kenalin aku Rere” cewek manis berkulit sawo matang mengagetkanku. Aku menoleh padanya. Dia mungil , sama mungil denganku. Aku tersenyum. “Aku Rayya..” kataku memperkenalkan diri.

“Aku Rully,..”kata gadis cantik di sebelahnya, gadis itu berkulit putih dan bermata lebar dengan bulu mata yang lentik. Sekilas aku kagum, dia sangat cantik.Aku mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka, teman sebelahku bernama Rossi,dia sangat pendiam,tapi kelihatannya baik.

“Hallo cewek-cewek,aku Raka.” Aku menoleh ke belakang,berdiri di belakangku sosok cowok yang tinggi,berkulit tembaga,dan berambut ikal. Sepintas dia biasa saja,tapi senyum yang merekah di bibirnya bisa membuat siapapun ikut tersenyum bersamanya. Aku menjabat tangannya menyebutkan namaku. Diikuti dengan cowok di sampingnya,cowok yang tadi asik ngobrol dengan si cowok oriental yang angkuh,eehh..maksudku Pandu. “Aku Gading.”katanya singkat sambil menjabat tanganku. Aku  hanya tersenyum.Gading bertubuh tinggi,memiliki senyum yang innocent,garis mukanya tegas dihiasi rahang yang sempurna dan batang hidung yang kokoh. Satu kata buat dia, tampan,hanya itu,hehehe.

Hari pertama yang menyenangkan,semua temanku ramah dan sangat lucu. Kelas kami selalu ramai dan hidup,apalagi kalo si Prima cowok bertubuh tambun yang jenaka sudah mulai ngocol, gak ada bedanya dengan pasar tradisional riuhnya kelas kami.

***
Aku duduk di kursi favoritku melihat orang yang satu per satu memasuki bus yang kutumpangi. Dan lagi,cowok oriental itu memasuki bus sama dengan yang kutumpangi.

Ketika tatapan kami kembali bertemu, kutarik garis di bibirku membentuk sebingkai senyuman termanisku. Yahhh..bukannya tebar pesona,tapi kata kakaku sebagai anak yang baik kita harus ramah ke semua orang,apalagi ini yang notabene nya temen sekelas kita.

Tapi bukannya membalas senyumanku,atau minimal menyadari lah kalau aku ini teman sekelasnya yang berusaha bersikap sopan, dia malah mlengos dengan gaya angkuhnya yang seperti biasa. Tanpa menoleh lagi kepadaku dia duduk di kursi depan.

“WHAT??????aku dicuekin,diiiihhh….menyebalkan sekali. Sombong banget ini anaaakkk..kecakepan juga kagak. Haaaahhhhh…..rugi aku capek-capek senyum buat dia,awas aja,mulai sekarang gak sudi aku senyum-senyum sama dia lagi,harga diriku sebagai cewek yang imut manis mempesona jatuh sudah” gerutuku bukan alang kepalang dalam hati.

***
Hari demi hari berlalu,tak terasa hampir dua minggu sudah aku menjadi siswi SMA, seperti yang pernah kukatakan,kelasku kelas yang menyenangkan. Dan si cowok angkuh itu…yaaa..ya..ya…maksudku Pandu,secara personal dia gak seangkuh yang kulihat selama ini, dia kocak,bahkan cenderung  tengil. Dia bergerak kesana-kemari, mulutnya juga ramai,gak bisa diem. Tapi emang sih itu hanya dilakukan dengan teman-teman cowoknya, hanya beberapa kali aku lihat dia ngobrol sama Rere dan Rully,itu pun hanya sekilas.Kuakui,meskipun berparas ehm…ganteng,dia gak genit sama anak-anak cewek. Dan aku??gak akan aku mau beramah-tamah dengannya seperti yang kulakukan dengan temannya yang lain.
***

Sore ini aku pulang dari ekskul wajib di sekolahku.Pramuka. Kalo sudah sore begini biasanya aku akan kesulitan mencari bus. Tapi sore ini aku sedikit beruntung, tempat favoritku masih kosong,segera aku duduk di kursi kesayanganku itu. Iseng-iseng aku menoleh sekeliling melihat penumpang yang lain, tatapanku jatuh ke sosok cowok yang asik melihat ke luar jendela,dia duduk di seberang kursiku. COWOK ITU LAGIII…Mimpi apa aku selalu 1 bus dengannya.

Satu per satu orang-orang mulai memasuki bus itu,bus pun penuh sesak. Pelan-pelan si buss mulai merangkak,tiba-tiba aku melihat seorang ibu-ibu dengan anaknya yang masih kecil,ditambah lagi barang bawaan yang begitu banyak. Ibu-ibu itu terlihat sangat kepayahan. Sebagai  makhluk Tuhan yang berjiwa Pancasila,mengamalkan Dasadharma dan berpedoman pada Tri Satya,dengan serta merta kuberikan tempat dudukku kepada ibu-ibu tersebut,bertubi-tubi ibu itu mengucapkan terima kasih padaku.Aku balas dengan tersenyum.


Dan sekarang aku berdiri berjubelan dengan penumpang lainnya,daaann…kenapa kebetulan sekali posisiku berdiri dekat sekali dengan cowok angkuh itu. Aku bersikap cuek. Lalu tiba-tiba.

“Ngapain kamu sok-sokan berdiri buat ibu itu” aku menoleh, cowok angkuh itu yang berbicara,masih dengan ekspresi angkuhnya yang menyebalkan.

“Ehm..kalo anak baik itu ya seperti ini,gak kayak kamu yang enak-enakan duduk manis”jawabku sekenanya,dia hanya tersenyum sinis,dan kembali asik memandang ke luar jendela.Tiba-tiba,bapak-bapak di sebelahnya turun, itu berarti kursi sebelah cowok angkuh itu kosong,dengan tanpa dia sadari aku duduk di sebelahnya.

“Ehm…tuh kan,kalo anak baik itu cepat dapat pertolongan,nihh..aku dapat tempat duduk lagi “ ungkapku bangga. Dia menoleh tak percaya karena tiba-tiba aku duduk di sampingnya.  Dia terkikik.

“Ya..ya..ya..sekarang aku percaya” dia terus tertawa,eehh..Nuril benar,dia luar biasa cakeepp…kalo tertawa seperti itu. Hasshhh..sadar Rayya..sadar..

“Kita kan sekelas,aku Rayya” ucapku membuka obrolan,berusaha menghilangkan sikap canggung kami.

“Iya udah tahu” ucapnya singkat tanpa menoleh. Diihhh…nih anak benar-benar menyebalkan.

“Di luar ada apa sih,dari tadi ngliatin ke luar terus,ada yang menarik ya”cerocosku kesal karena merasa diacuhkan.Pandu menoleh ke arahku.

“Aku pandu”ucapnya sambil tersenyum.

“Iya..udah tahu…”jawabku menirukan gayanya barusan. Tawa renyah keluar dari mulutnya, kebekuan sedikit mencair.

“Kamu dulu SMP Malida kan?kamu kenal bu Hani” Pandu menoleh.

“Bu Hani???”

“Iya bu Hani,bu Haniyah,itu kakak iparku”.Kekagetan jelas terlihat di wajahnya yang bersih.

“Ooohh..bu Haniyah,iya aku kenal,dia guruku,jadi kamu to adiknya bu Haniyah,temen-temenku suka nyritain adiknya bu Haniyah, jadi itu kamu”dia menjawab dengan bersemangat. Aku mengangguk. Dia tersenyum ramah. Kebekuan diantara kami benar-benar mencair,kami pun terlibat obrolan seputar kakak iparku dan teman-teman SMP nya yang kebetulan juga mengenalku. Ternyata dia cowok yang asik juga,hehehe.

“Rayya,kamu tahu gak,aku berterima kasih lo kamu duduk disini “ ucapnya malu-malu. “Kenapa?”tanyaku heran.

“Aku males sama cewek-cewek SMP itu,masak aku digodain,ditanya-tanya, Mas,SMA mana,rumahmu mana,ilfil aku,aku jawab aja,kamu masih kecil dek,sekolah yang bener” ceritanya. Tawaku meledak mendengar ceritanya,hadeehhhh…ini anak ganteng-ganteng takut sama cewek mungkin itu sebab setiap dia naik bis dia buru-buru duduk di depan,ternyata malu digodain cewek to???hadeehh..hadehh…

Perjalanan yang lumayan jauh tak terasa karena asiknya obrolan kami.

“Eh Pandu,aku udah nyampe,aku turun dulu ya,sampe ketemu besok “ ucapku dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibirku.

“Eh udah nyampe ya,..gak kerasa ya..yaudah,salam buat bu Hani”jawabnya sambil tersenyum.

Aku beranjak kemudian berjalan kea rah pintu keluar,sebelum turun sekali lagi aku menolah ke arah Pandu,anak itu tersenyum-senyum sambil memandangiku turun.

“Daaaaggg…duluan ya…” dia tersentak malu karena kepergok memandangiku,lalu dia tersenyum kikuk dan membalas lambaianku.

Hhhhhhh….itulah awal perkenalanku dengannya. Akan banyak cerita yang mugkin saja akan kami lalui. Aku tersenyum mengingat ekspresi malu-malunya. Aku berjalan ke arah rumahku di sore yang manis,semanis senyuman Pandu.

*boring ya...boring ya...untuk kelanjutannya aku janji deh bakalan bikin yang lebih bagus,kan ini pemanasan,so..tungguin lanjutannya aja yaaa...hihihihihi..

0 komentar:

Posting Komentar