Chapter 1 : Cowok Angkuh itu…
“Mama..ini apa?” Raisha putri kecilku berlari ke arahku
sambil membawa sebuah buku. Aku mengambil buku itu dari tangan
mungilnya.Kulihat sekilas.”Ini namanya buku diary sayang..”jawabku lembut
“Buku diary itu apa Ma?”tanyanya lagi,putriku ini memang
super kritis.
“Buku diary itu catatan harian jaman mudanya Mama dek…isinya
ya tentang seberapa besar mama mencintai papamu ini” tiba-tiba suamiku muncul
dan menggodaku.Aku terkekeh.
“Gak sayang,sama sekali gak ada
Papamu,ini diary jaman mama SMA dulu”.Kusibak lembar demi lembar kertas lusuh
itu, aku tersenyum kecil,masa muda yang indah. Aku menutup diary itu,khayalanku
terbang ke masa 10 tahun yang lalu.
“Ray,lihat deh..dua cowok yang duduk di pojok belakang
itu,ganteng-ganteng ya mereka”, celetuk Nuril temen sebangkuku. Aku menoleh
sekilas tak tertarik. Aku hanya diam tanpa berkomentar.
“Ye..nih anak,gimana,ganteng gak????” Nuril mulai kesal karena keacuhanku. Aku menghela
nafas,capek bukan main seharian MOS, yahh..ini hari ketiga MOS di SMA-ku.
“Iya ganteenngg..puas?” jawabku masih acuh.
“Kamu suka yang mana,aku sih lebih suka ngelihatin Pandu,putih,tinggi,matanya sipit,senyumnya
maniiisss banget,hihihi”Nuril mulai berkicau.
“Diiihhh….aku gak suka tampang oriental kayak gitu,udah gitu
anaknya pecicilan,bukan kriteriaku,cakepan juga sebelahnya tuh si Riza,macho,”kataku
sambil nyengir.
“Alaaahhhh..gayamu,awas aja kalo sampe nanti kamu jatuh cinta
sama si Pandu.”ejek Nuril.
“GAK AKAN..itu gak akan pernah terjadi.Udah ah..aku mau
pulang,capeeekk” ujarku sambil beranjak.
Aku keluar kelas dan berjalan
menuju gerbang sekolah bersama murid-murid yang lain,semua wajah ini asing
bagiku,tak satu pun aku mengenalnya. Tiba-tiba aku merindukan sahabat-sahabatku
di SMP.Vida, Annisa, Shila apa kalian menikmati sekolah baru kalian?
Aku duduk di kursi
tunggal bus (bus mini di daerahku memiliki
satu kursi di dekat pintu masuk
dimana kursi itu hanya bisa diduki satu orang/ tidak bersebelahan) tempat
favoritku.
Panas bukan main siang ini,tapi
si bus tak kunjung merangkak. Beberapa saat kemudian cowok oriental yang
sering dibicarakan Nuril melangkah ke
dalam bus,tubuhnya yang menjulang tinggi membuatnya sedikit menunduk ketika
memasuki bus. Tanpa sengaja tatapan kami bertemu,dengan angkuh dia segera memalingkan
muka. Aku pun hanya
diam,tanpa senyum , lalu kemudian kembali asik menikmati
pemandangan di luar jendela.
***
Hari ini 24 Juli 2004 aku resmi menjadi siswi SMA,atribut
MOS sudah aku tanggalkan. Dan kini aku mengenakan seragam putih
abu-abuku,seragam yang sejak beberapa tahun lalu selalu kuimpikan untuk segera
kukenakan. Kata mereka masa putih abu-abu itu masa yang paling
menyenangkan,masa penuh kenangan. Heeemmmm seperti apa ya masa putih abu-abuku
nanti.
Kulangkahkan kakiku dengan ragu memasuki kelas baruku,lagi-lagi
wajah yang asing. Yahhh..aku berpisah dengan Nuril teman sebangkuku sewaktu
MOS,aku juga berpisah dengan Okta,Yessi, dan Prita teman-temanku dari SMP. Tapi
mereka semua terlihat menyenangkan,kuedarkan pandangan. Tatapanku jatuh ke satu
sosok cowok tinggi,bermata sipit,dan berkulit putih. Haiiiyyaaahhhh….cowok angkuh itu lagi,idolanya Nuril,aku sekelas
dengannya. Dia menatapku sepintas kemudian kembali asik mengobrol dengan
temannya yang juga tinggi dan berparas kebulean.
“Hai..kok malah berdiri disini,ayo duduk,kenalin aku Rere”
cewek manis berkulit sawo matang mengagetkanku. Aku menoleh padanya. Dia mungil
, sama mungil denganku. Aku tersenyum. “Aku Rayya..” kataku memperkenalkan
diri.
“Aku Rully,..”kata gadis cantik di sebelahnya, gadis itu berkulit
putih dan bermata lebar dengan bulu mata yang lentik. Sekilas aku kagum, dia
sangat cantik.Aku mengambil tempat duduk tak jauh dari mereka, teman sebelahku
bernama Rossi,dia sangat pendiam,tapi kelihatannya baik.
“Hallo cewek-cewek,aku Raka.” Aku menoleh ke
belakang,berdiri di belakangku sosok cowok yang tinggi,berkulit tembaga,dan
berambut ikal. Sepintas dia biasa saja,tapi senyum yang merekah di bibirnya
bisa membuat siapapun ikut tersenyum bersamanya. Aku menjabat tangannya
menyebutkan namaku. Diikuti dengan cowok di sampingnya,cowok yang tadi asik
ngobrol dengan si cowok oriental yang angkuh,eehh..maksudku Pandu. “Aku Gading.”katanya
singkat sambil menjabat tanganku. Aku
hanya tersenyum.Gading bertubuh tinggi,memiliki senyum yang innocent,garis
mukanya tegas dihiasi rahang yang sempurna dan batang hidung yang kokoh. Satu
kata buat dia, tampan,hanya itu,hehehe.
Hari pertama yang
menyenangkan,semua temanku ramah dan sangat lucu. Kelas kami selalu ramai dan
hidup,apalagi kalo si Prima cowok bertubuh tambun yang jenaka sudah mulai
ngocol, gak ada bedanya dengan pasar tradisional riuhnya kelas kami.
Aku duduk di kursi favoritku melihat orang yang satu per
satu memasuki bus yang kutumpangi. Dan lagi,cowok oriental itu memasuki bus
sama dengan yang kutumpangi.
Ketika tatapan kami kembali bertemu, kutarik garis di
bibirku membentuk sebingkai senyuman termanisku. Yahhh..bukannya tebar
pesona,tapi kata kakaku sebagai anak yang baik kita harus ramah ke semua
orang,apalagi ini yang notabene nya temen sekelas kita.
Tapi bukannya membalas senyumanku,atau minimal menyadari lah
kalau aku ini teman sekelasnya yang berusaha bersikap sopan, dia malah mlengos
dengan gaya angkuhnya yang seperti biasa. Tanpa menoleh lagi kepadaku dia duduk
di kursi depan.
“WHAT??????aku
dicuekin,diiiihhh….menyebalkan sekali. Sombong banget ini anaaakkk..kecakepan
juga kagak. Haaaahhhhh…..rugi aku capek-capek senyum buat dia,awas aja,mulai
sekarang gak sudi aku senyum-senyum sama dia lagi,harga diriku sebagai cewek
yang imut manis mempesona jatuh sudah” gerutuku bukan alang kepalang dalam
hati.
Hari demi hari berlalu,tak terasa hampir dua minggu sudah
aku menjadi siswi SMA, seperti yang pernah kukatakan,kelasku kelas yang
menyenangkan. Dan si cowok angkuh itu…yaaa..ya..ya…maksudku Pandu,secara
personal dia gak seangkuh yang kulihat selama ini, dia kocak,bahkan cenderung tengil. Dia bergerak kesana-kemari, mulutnya
juga ramai,gak bisa diem. Tapi emang sih itu hanya dilakukan dengan teman-teman
cowoknya, hanya beberapa kali aku lihat dia ngobrol sama Rere dan Rully,itu pun
hanya sekilas.Kuakui,meskipun berparas ehm…ganteng,dia gak genit sama anak-anak
cewek. Dan aku??gak akan aku mau beramah-tamah dengannya seperti yang kulakukan
dengan temannya yang lain.
***
Sore ini aku pulang dari ekskul wajib di sekolahku.Pramuka.
Kalo sudah sore begini biasanya aku akan kesulitan mencari bus. Tapi sore ini
aku sedikit beruntung, tempat favoritku masih kosong,segera aku duduk di kursi
kesayanganku itu. Iseng-iseng aku menoleh sekeliling melihat penumpang yang
lain, tatapanku jatuh ke sosok cowok yang asik melihat ke luar jendela,dia
duduk di seberang kursiku. COWOK ITU LAGIII…Mimpi apa aku selalu 1 bus
dengannya.
Satu per satu orang-orang mulai memasuki bus itu,bus pun
penuh sesak. Pelan-pelan si buss mulai merangkak,tiba-tiba aku melihat seorang
ibu-ibu dengan anaknya yang masih kecil,ditambah lagi barang bawaan yang begitu
banyak. Ibu-ibu itu terlihat sangat kepayahan. Sebagai makhluk Tuhan yang berjiwa
Pancasila,mengamalkan Dasadharma dan berpedoman pada Tri Satya,dengan serta
merta kuberikan tempat dudukku kepada ibu-ibu tersebut,bertubi-tubi ibu itu
mengucapkan terima kasih padaku.Aku balas dengan tersenyum.
Dan sekarang aku berdiri berjubelan dengan penumpang
lainnya,daaann…kenapa kebetulan sekali posisiku berdiri dekat sekali dengan
cowok angkuh itu. Aku bersikap cuek. Lalu tiba-tiba.
“Ngapain kamu sok-sokan berdiri buat ibu itu” aku menoleh,
cowok angkuh itu yang berbicara,masih dengan ekspresi angkuhnya yang
menyebalkan.
“Ehm..kalo anak baik itu ya seperti ini,gak kayak kamu yang
enak-enakan duduk manis”jawabku sekenanya,dia hanya tersenyum sinis,dan kembali
asik memandang ke luar jendela.Tiba-tiba,bapak-bapak di sebelahnya turun, itu
berarti kursi sebelah cowok angkuh itu kosong,dengan tanpa dia sadari aku duduk
di sebelahnya.
“Ehm…tuh kan,kalo anak baik itu cepat dapat
pertolongan,nihh..aku dapat tempat duduk lagi “ ungkapku bangga. Dia menoleh
tak percaya karena tiba-tiba aku duduk di sampingnya. Dia terkikik.
“Ya..ya..ya..sekarang aku percaya” dia terus tertawa,eehh..Nuril
benar,dia luar biasa cakeepp…kalo tertawa seperti itu. Hasshhh..sadar Rayya..sadar..
“Kita kan sekelas,aku Rayya” ucapku membuka obrolan,berusaha
menghilangkan sikap canggung kami.
“Iya udah tahu” ucapnya singkat tanpa menoleh. Diihhh…nih
anak benar-benar menyebalkan.
“Di luar ada apa sih,dari tadi ngliatin ke luar terus,ada
yang menarik ya”cerocosku kesal karena merasa diacuhkan.Pandu menoleh ke
arahku.
“Aku pandu”ucapnya sambil tersenyum.
“Iya..udah tahu…”jawabku menirukan gayanya barusan. Tawa
renyah keluar dari mulutnya, kebekuan sedikit mencair.
“Kamu dulu SMP Malida kan?kamu kenal bu Hani” Pandu menoleh.
“Bu Hani???”
“Iya bu Hani,bu Haniyah,itu kakak iparku”.Kekagetan jelas
terlihat di wajahnya yang bersih.
“Ooohh..bu Haniyah,iya aku kenal,dia guruku,jadi kamu to
adiknya bu Haniyah,temen-temenku suka nyritain adiknya bu Haniyah, jadi itu
kamu”dia menjawab dengan bersemangat. Aku mengangguk. Dia tersenyum ramah.
Kebekuan diantara kami benar-benar mencair,kami pun terlibat obrolan seputar
kakak iparku dan teman-teman SMP nya yang kebetulan juga mengenalku. Ternyata
dia cowok yang asik juga,hehehe.
“Rayya,kamu tahu gak,aku berterima kasih lo kamu duduk
disini “ ucapnya malu-malu. “Kenapa?”tanyaku heran.
“Aku males sama cewek-cewek SMP itu,masak aku
digodain,ditanya-tanya, Mas,SMA mana,rumahmu mana,ilfil aku,aku jawab aja,kamu
masih kecil dek,sekolah yang bener” ceritanya. Tawaku meledak mendengar
ceritanya,hadeehhhh…ini anak ganteng-ganteng takut sama cewek mungkin itu sebab
setiap dia naik bis dia buru-buru duduk di depan,ternyata malu digodain cewek
to???hadeehh..hadehh…
Perjalanan yang lumayan jauh tak terasa karena asiknya
obrolan kami.
“Eh Pandu,aku udah nyampe,aku turun dulu ya,sampe ketemu
besok “ ucapku dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibirku.
“Eh udah nyampe ya,..gak kerasa ya..yaudah,salam buat bu
Hani”jawabnya sambil tersenyum.
Aku beranjak kemudian berjalan kea rah pintu keluar,sebelum
turun sekali lagi aku menolah ke arah Pandu,anak itu tersenyum-senyum sambil
memandangiku turun.
“Daaaaggg…duluan ya…” dia tersentak malu karena kepergok
memandangiku,lalu dia tersenyum kikuk dan membalas lambaianku.
Hhhhhhh….itulah awal perkenalanku dengannya. Akan banyak
cerita yang mugkin saja akan kami lalui. Aku tersenyum mengingat ekspresi
malu-malunya. Aku berjalan ke arah rumahku di sore yang manis,semanis senyuman
Pandu.
*boring ya...boring ya...untuk kelanjutannya aku janji deh bakalan bikin yang lebih bagus,kan ini pemanasan,so..tungguin lanjutannya aja yaaa...hihihihihi..
0 komentar:
Posting Komentar